Jum'at, 29 Maret 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Kamis, 26 September 2019 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Sejak Huawei dimasukkan dalam US Government’s Entity List, beberapa mitra utama perusahaan seperti Qualcomm mengalami masa sulit. Dalam sebuah pernyataan terbaru, CEO Qualcomm mengonfirmasi bahwa perusahaan mereka tetap akan melanjutkan kerja sama dengan Huawei.

CEO Qualcomm, Steve Mollenkopf, menjelaskan bahwa mereka mencari cara untuk mengamankan kesepakatan pasokan jangka panjang dengan Huawei.

Pada bulan Juli 2019, Departemen Perdagangan Amerika Serikat mengumumkan akan mulai mengeluarkan lisensi khusus untuk perusahaan yang ingin melanjutkan hubungan bisnis mereka dengan Huawei.

Salah satu poin utamanya menekankan bahwa perusahaan AS hanya akan diizinkan untuk menjual komponen yang tersedia secara luas, kategori yang mencakup chipset seluler.

Pada bulan Agustus 2019, Huawei diberikan perpanjangan baru selama 90 hari untuk perjanjian lisensi perdagangan sementara dengan perusahaan-perusahaan AS.

Logo Huawei. (Huawei)

Setelah itu, laporan menyatakan bahwa lebih dari 130 perusahaan telah mengajukan lisensi khusus.

Dikutip dari Gizmochina, meski mampu memproduksi chipset sendiri, Huawei masih mengandalkan Qualcomm untuk sejumlah besar perangkatnya.

Pada tahun 2018, Huawei menghabiskan sekitar 11 miliar dolar AS atau Rp 156 triliun untuk perdagangan pada perusahaan seperti AS seperti Qualcomm, Intel dan Micron.

Tak hanya itu, perusahaan seperti Broadcom juga terimbas dari sanksi pelarangan serta pembatasan dari pemerintah AS terhadap Huawei.

Menurut laporan Reuters, ketegangan perdagangan antara AS dan China membuat prospek keuntungan Broadcom menyusut.

Ilustrasi chipset Qualcomm. (Qualcomm)

Mereka terancam kehilangan 2 miliar dolar AS atau Rp 28,2 triliun sepanjang tahun 2019 sebagai akibat pelarangan dari pemerintah AS terhadap Huawei.

Manajer pemarasan dan penjualan Huawei menjelaskan bahwa dalam efek antisipasi terburuk, volume pengiriman smartphone bisa berkurang hingga 60 juta smartphone di tahun 2019.

Hal tersebut sangat disayangkan mengingat pada tahun 2018 mereka bisa membukukan penjualan lebih dari 200 juta unit smartphone.

Komitmen kerja sama pengiriman chipset dari Qualcomm ke Huawei masih akan dievaluasi apabila pelarangan dan perpanjangan lisensi tidak didapat dari pemerintah Amerika Serikat.

BACA SELANJUTNYA

Huawei Watch GT 4 Resmi Dipasarkan di Indonesia, Cek Berapa Harga Smartwatch Ini