Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Nama Huawei yang masuk dalam "daftar hitam" Departemen Perdagangan Amerika Serikat ternyata berimbas negatif pada laporan keuangan Huawei. Berdasarkan pernyataan terbaru dari petinggi Huawei, mereka menjelaskan bahwa total kerugian atau kehilangan uang perusahaan semenjak sanksi AS diberlakukan mencapai Rp 198 triliun selama tahun 2019.
Eric Xu selaku Deputy Chairman and Rotating Chairman Huawei, mengungkapkan bahwa mereka telah kehilangan 12 miliar dolar AS atau Rp 198 triliun pada tahun 2019.
Rupanya, proyeksi pendapatan Huawei cukup besar di tahun tersebut, yaitu mencapai 135 miliar dolar AS atau Rp 2.227 triliun.
"Kami tidak mampu memenuhi target perusahaan, yaitu di angka 135 miliar dolar AS. Kami kekurangan 12 miliar dolar AS. Hal itu disebabkan adanya sanksi dari Amerika Serikat," kata Eric Xu kepada CNBC.
Baca Juga
Sebagai referensi, saat itu perangkat terbaru dari Huawei berjalan tanpa layanan dari Google Play.
Sebagian besar kekurangan pendapatan Huawei terjadi di divisi konsumen yang menyumbang lebih dari 54 persen dari total penjualan perusahaan pada tahun 2019.
"Bisnis konsumen Huawei yang paling terluka," tambah Eric Xu.
Sebagai referensi, unit bisnis konsumen Huawei yang meliputi smartphone dan laptop, mendatangkan pemasukan 66,93 miliar dolar AS atau Rp 1.106 triliun pada tahun 2019.
Eric Xu menjelaskan bahwa jumlah sebesar itu masih kurang 10 miliar dolar AS atau Rp 165 triliun dari target yang ditetapkan perusahaan di unit bisnis konsumen.
Dilansir dari Gizmochina, setelah sanksi dari AS, Huawei tidak dapat berdagang atau membeli produk dan layanan dari perusahaan yang berbasis di AS.
Itu menyebabkan Huawei kehilangan layanan dari Google Play, yang berarti smartphone terbaru perusahaan harus pasrah dengan versi "vanilla" Android (versi paling sederhana dari Android).
Hal tersebut membuat Huawei mengembangkan HMS (Huawei Mobile Services), namun sayangnya platform ini masih dalam tahap pengembangan awal.
Meski terkena sanksi Amerika Serikat dan masuk daftar hitam, sebenarnya akhir-akhir ini Huawei masih melobi agar mereka bisa bekerja sama dengan Google lagi secara penuh.
Terkini
- Vivo Kini Hadirkan Layanan Perbaikan Antar Jemput, Permudah Reparasi Smartphone
- Qualcomm Hadirkan Model AI Meta Llama 3 untuk Perangkat yang Ditenagai Snapdragon
- Kembali Produktif Usai Liburan dengan Samsung Galaxy A55 5G, Cek Bagaimana Caranya
- Cek Harga Huawei Band 9, Apa Saja yang Ditawarkannya?
- NAB 2024: Western Digita Hadirkan Solusi Penyimpanan untuk Industri Media dan Hiburan
- Fitur Smart Switch, Memudahkan Pindah Data Data Samsung Galaxy A15
- Software Update Samsung Galaxy Tab S9 Series, Hadirkan Galaxy AI
- Perjalanan Mudik Seru Bersama Vivo V30 Series
- Fitur Kamera Realme 12 5G untuk Abadikan Momen di Hari Raya Idul Fitri 2024
- FUJIFILM Resmi Meluncurkan INSTAX mini 99TM, Kamera Instan Analog Kelas Premium
Berita Terkait
-
Cek Harga Huawei Band 9, Apa Saja yang Ditawarkannya?
-
Huawei MateBook D 14, Laptop Premium Bobot Ringan dan Performa Kencang
-
Huawei MatePad 11.5 PaperMatte Edition Resmi Rilis di Indonesia, Cek Berapa Harganya
-
Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
-
Resmi Rilis ke Indonesia, Cek Apa yang Ditawarkan Huawei FreeBuds Pro 3
-
Google Resmi Ganti Bard Menjadi Gemini, Ini Tujuannya
-
Huawei MateBook D 16 Terbari Hadir Resmi di Indonesia, Layar Besar namun Ringan
-
Huawei Watch Fit SE Resmi Hadir di Indonesia, Cek Berapa Harganya?
-
Huawei MatePad 11 PaperMatte Edition, Hadir dengan Layar Bertekstur Serasa Kertas
-
Huawei Watch GT 4 Resmi Dipasarkan di Indonesia, Cek Berapa Harga Smartwatch Ini