Rabu, 24 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta : Sabtu, 11 April 2020 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Meski terkena sanksi dari Amerika Serikat, ternyata Huawei dapat "survive" sehingga masih menghasilkan pendapatan yang cukup mengesankan. Setelah perkenalan Huawei P40 series di China pada hari Rabu (08/04/2020), petinggi Huawei menyampaikan hasil pendapatan mereka setelah terkena sanksi dari Amerika Serikat.

Setelah sanksi dari AS, Huawei tidak dapat berdagang atau membeli produk dan layanan dari perusahaan yang berbasis di AS.

Itu menyebabkan Huawei kehilangan layanan dari Google Play, yang berarti HP terbaru perusahaan harus pasrah dengan versi "vanilla" Android (versi paling sederhana dari Android).

Hal tersebut membuat Huawei mengembangkan HMS (Huawei Mobile Services), namun sayangnya platform ini masih dalam tahap pengembangan awal.

Yu Chengdong (Richard Yu) selaku CEO Huawei Consumer Business Group menjelaskan bahwa mereka masih membukukan pengiriman HP dan pendapatan cukup lumayan selama tahun 2019, meski terkena sanksi dari AS.

Huawei P40 Pro datang tanpa dukungan Google Play. (Huawei Indonesia)

CEO Huawei itu juga mengungkapkan bahwa unit bisnis konsumen Huawei mampu membukukan pendapatan sebesar 66,93 miliar dolar AS atau Rp 1.106 triliun selama tahun 2019.

Ini merupakan peningkatan tahun ke tahun sebesar 34,0 persen.

Dikutip dari Gizmochina, pengiriman HP dari Huawei dan Honor telah melebihi 240 juta unit di mana itu merupakan peningkatan 16 persen yoy (year-on-year).

Richard Yu juga mengklaim bahwa perusahaannya sudah mengirim lebih dari 6,9 juta unit HP 5G di tahun 2019.

"Perusahaan dapat dengan mudah melengserkan Samsung untuk menjadi produsen ponsel nomor satu di dunia dalam hal volume pengiriman jika bukan karena perang dagang AS dan China," kata Richard Yu.

Logo Huawei. (Huawei)

Bahkan dengan adanya sanksi tersebut, pengiriman Huawei masih cukup baik.

Itu terbukti dengan posisi Huawei yang menempati peringkat kedua meski terkena sanksi dari Amerika Serikat.

Pada tahun 2019, Huawei mengklaim telah menghabiskan 18,5 miliar dolar AS atau Rp 291 triliun untuk biaya operasional R&D perusahaan.

Richard Yu menjelaskan bahwa investasi besar itu membuahkan hasil.

Huawei telah memegang lebih dari 85.000 paten di seluruh dunia, 90 persen di antaranya adalah paten penemuan.

Saat ini Huawei masih melakukan lobi lagi agar mereka bisa bekerja sama dengan Google sehingga jika lobi itu berhasil, akan sangat menarik melihat sesumbar dari CEO Huawei yang berencana melengserkan Samsung dari posisi nomor satu produsen dengan pengiriman HP terbanyak.

BACA SELANJUTNYA

Resmi Rilis ke Indonesia, Cek Apa yang Ditawarkan Huawei FreeBuds Pro 3