Jum'at, 29 Maret 2024
Agung Pratnyawan : Jum'at, 10 Desember 2021 | 16:34 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Kebakaran Gedung Cyber 1 beberapa waktu lalu telah berdampak signifikan pada transaksi digital Indonesia. Hal ini karena gedung tersebut menjadi titik lokasi sejumlah perusahaan teknologi beroperasi, mulai dari penyedia web hosting, perusahaan software, penyedia jasa internet hingga perusahaan keamanan siber. 

Gedung Cyber 1 yang berlokasi di kawasan Kungingan Barat, Jakarta tersebut menjadi salah satu tempat penting dalam jaringan internet. Karenanya sejumlah layanan yang menggunakan tempat tersebut sempat terganggu.

Kebakaran Gedung Cyber 1 ini menyebabkan jaringan data center terganggu, diikuti dengan down-nya sistem operasi pada aplikasi dan website perusahaan yang beroperasi di gedung tersebut. Dampaknya tidak hanya sebatas business loss, tetapi juga hilangnya data dari sistem penyimpanan perusahaan. 

Fidri Hardiawan, Account Manager Primary Guard Indonesia, perusahaan keamanan siber mengungkapkan pentingnya bagi perusahaan untuk memiliki Disaster Recovery System (DRS). Sebuah sistem yang digunakan untuk mengembalikan data jika terjadi bencana

Salah satu upaya DRS adalah membawa data perusahaan going to cloud. "Perusahaan harus memiliki pusat penyimpanan data di negara lain yang mereplikasi semua data mereka. Sehingga jika terjadi permasalahan teknis seperti sistem down, kebakaran, banjir dan bencana lainnya, perusahaan bisa menjamin keamanan data mereka," jelas Fidri. 

Fidri menyimpulkan bahwa kunci menjaga keamanan data center ketika terjadi bencana adalah menggunakan backup software dan cloud computing.

"Yang harus diperhatikan dalam memilih cloud computing adalah ketersediaan data, mendekati Near to Zero Recovery Time Objective (RTO) dan Recovery Point Objective (RPO), dan memiliki situs sekunder sebagai cold site," tambah Fidri. 

Dengan kata lain, beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika memilih DRS adalah kecepatan data backup, kemampuan meminimalisasi data lost saat migrasi data, dan adanya target kurasi saat terjadi kegagalan proses transfer data. 

Rizki Maulana, Consultant Primary Guard Indonesia menambahkan bahwa cara terbaik mitigasi force majeur di sebuah perusahaan, khususnya yang bergerak di bidang digital, yakni wajib memiliki recovery plan.  

"Mengevaluasi berbagai opsi dan teknologi penerapan yang dapat membantu perusahaan memilih solusi mana yang paling tepat dapat menjadi strategi yang efektif untuk menghindari konsekuensi dari downtime," pungkas Rizki. 

Belajar dari pengalaan bencana kebakaran, tidak lagi cukup hanya untuk melindungi data. Kebutuhan untuk menyediakan bisnis dengan opsi pemulihan bencana jika kehilangan data yang tidak terduga menjadi prioritas. Salah satu yang dapat dilakukan adalah memiliki alat pemulihan data all-in-one yang andal untuk mencadangkan dan menjalankan aplikasi penting.  

Disaster Recovery System merupakan salah solusi yang ditawarkan oleh Primary Guard. Selain DRS Primary Guard juga menyediakan solusi keamanan siber serta optimalisasi dan analitik. Layanan dari Primary Guard mendukung berbagai tipe data, aplikasi, dan platform.

Selain itu, solusi layanan ini juga bisa diterapkan dalam situasi seperti apapun, dan dilengkapi dengan jaringan pribadi yang aman dan terenkripsi di berbagai pilihan moda penyimpanan. 

Itulah pentingnya pemanfaatan Disaster Recovery System untuk meminimalkan business loss saat terjadi bencana.

BACA SELANJUTNYA

Terparah Sepanjang Sejarah, Ini Sejarah Bencana Nuklir Chernobyl yang Perlu Kamu Tahu