Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Uni Eropa mendenda Google sebesar sekitar 4,3 miliar dolar As pada tahun 2018 atas praktik Android antikompetitif.
Dilansir dari Android Authority, sekarang, pengawas kompetisi India juga melakukan hal yang sama dengan mendenda Google sebesar sekitar 162 juta dolar karena pelanggaran yang sama.
Komisi Persaingan India mengumumkan denda tersebut dalam siaran pers, mengatakan bahwa Google menyalahgunakan dominasinya di beberapa area dalam ekosistem Android.
Pengawas India mempermasalahkan beberapa perjanjian yang dimiliki Google dengan OEM, seperti perjanjian distribusi aplikasi seluler (MADA), perjanjian anti-fragmentasi (AFA), perjanjian komitmen kompatibilitas Android (ACCA), dan perjanjian bagi hasil (RSA).
Baca Juga
-
Kode Redeem FF 21 Oktober 2022, Cek Dapat Reward Apa!
-
Apa Itu iQOO, Brand HP Baru yang Siap Masuk Indonesia
-
Daftar Harga iPhone 14 di Indonesia, Versi Resmi Bukan BM
-
Sukses di PC dan Mac, DaVinci Resolve Versi iPad Rilis Akhir Tahun Ini
-
Sesumbar Bos Xiaomi untuk Tarung di Segmen Mobil Listrik, Posisi 10 Besar Top Global Jadi Incaran
MADA memastikan bahwa orang-orang seperti Google Penelusuran, Chrome, dan YouTube sudah diinstal sebelumnya di handset.
AFA dan ACCA melarang produsen membuat fork Android mereka sendiri. Sementara itu, perjanjian bagi hasil membuat Google membayar OEM untuk eksklusivitas penelusuran.
Selain denda , komisi tersebut menguraikan berbagai langkah yang perlu diambil Google. Hal ini termasuk melarang Google memaksa OEM untuk melakukan pra-instal aplikasi mereka, dan melarang perusahaan menolak akses ke Play Services API.
Komisi mengatakan ini akan membantu memastikan kompatibilitas aplikasi antara Google ke Android dan Android fork.
Berbicara tentang fork-nya Android (sederet kembangan OS Android seperti Cyanogen, dll), tindakan pengawas juga mencatat bahwa OEM harus diizinkan untuk membuat perangkat berdasarkan versi Android bercabang, dan bahwa Google tidak boleh memberi insentif kepada OEM karena tidak menjual perangkat ini.
Akhirnya, komisi meminta Google untuk mengizinkan pengguna memilih mesin pencari default mereka setelah penyiapan.
Langkah ini khususnya harus sudah tidak asing lagi, karena Google dipaksa untuk menerapkan opsi ini oleh UE.
Terkini
- Bersama Xiaomi 14, Dihadirkan Juga Xiaomi Watch S3, Xiaomi Watch 2, dan Xiaomi Smart Band 8 Pro di Indonesia
- Dibekali HyperOS dan Optik Leica Generasi Terbaru, Xiaomi 14 Akhirnya Rilis Resmi di Indonesia
- Galaxy AI Segera Hadir di Samsung Galaxy Z Flip5 dan Galaxy Z Fold5
- 3 Tips Mendigitalisasi Foto dan Video Momen Lebaran: Pilah, Pilih, Pulih
- Memeriahkan Ramadan, POCO Indonesia Hadirkan Harga Menarik
- Huawei MateBook D 14, Laptop Premium Bobot Ringan dan Performa Kencang
- Xiaomi Capai Pertumbuhan Laba Bersih 126,3 Persen di 2023, Tembus 19,3 miliar RMB
- Huawei MatePad 11.5 PaperMatte Edition Resmi Rilis di Indonesia, Cek Berapa Harganya
- HP Flagship Xiaomi 14 Siap Hadir ke Indonesia, Catat Tanggalnya
- Kehadiran Kartu Grafis Asus TUF Gaming dan ASUS Dual AMD Radeon RX 7900 GRE Resmi Diumumkan
Berita Terkait
-
Google Resmi Ganti Bard Menjadi Gemini, Ini Tujuannya
-
Apa itu Google Gemini? Teknologi AI Pesaing ChatGPT
-
Mission EVO Rilis di Google Play Store, Game Survival Shooter Terbaru
-
Google Disinyalir akan Sajikan Layanan Cloud Gaming via Youtube
-
Cara Main Mobile Legends Bang Bang di PC Pakai Google Play Beta
-
Bagaimana Meningkatkan Skill SEO Lewat Praktik Website dan Kemampuan Analisis
-
Pengguna Fitbit Punya Opsi untuk Login dengan Akun Google, Semua Data Bisa Diakses
-
Ngotot Minta WFH, Karyawan Google Ancam Walkout!
-
Android 14 Beta 3 Akhirnya Meluncur, Bawa Perubahan Apa Saja?
-
Pengguna Fitbit Kini Punya Opsi untuk Login dengan Akun Google