Kamis, 28 Maret 2024
Dinar Surya Oktarini : Senin, 31 Mei 2021 | 14:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Penelitian terbaru menunjukkan 59 persen gamers perempuan memilih untuk tidak mengisi data diri gender atau menggunakan identitas laki-laki saat bermain game. 

Hal ini dilakukan demi menghindari pelecehan seksual di dalam game.

Riset ini dilakukan Reach3 Insight, yang bekerja sama dengan Lenovo dan melibatkan 900 gamers perempuan di China, Jerman, dan Amerika Serikat.

Mengutip IGN, Senin (31/5/2021), penelitian ditujukan untuk mengetahui bagaimana pengalaman perempuan saat memasuki industri game.

Selain itu, juga mengetahui bagaimana perusahaan dapat menciptakan ruang lebih inklusif kepada kelompok tersebut.

Disebutkan bahwa pelecehan terhadap gamers perempuan adalah masalah abadi yang terus berlanjut.

Ilustrasi pelecehan seksual (pixabay/Gerd Altmann)

Meskipun begitu, ada beberapa kampanye mengekang intimidasi online dan perilaku kasar terhadap perempuan dalam video game.

Setelah gerakan Time's Up dan #MeToo misalnya, sekelompok gamer perempuan elit yang disebut "Bully Hunters", bekerja sama mengalahkan peleceh melalui skill atau kemampuan baik dalam game.

Meski inisiatif semacam itu dimaksudkan agar meningkatkan kesadaran akan pentingnya inklusivitas.

Hal ini tidak menghentikan lelaki mem-bully dan melecehkan rekan perempuan mereka di game, terutama di game multiplayer seperti Counter-Strike: Global Offensive, Dota 2, League of Legends, Overwatch dan Valorant, di mana game ini banyak didominasi lelaki.

Survei tersebut juga mengatakan, 77 persen perempuan harus menghadapi setidaknya semacam rasa frustrasi saat bermain game karena jenis kelamin mereka.

Banyak gamers perempuan yang mengaku mendapat diskriminasi seperti skill dalam game hingga komentar yang merendahkan.

"Perempuan memainkan game yang sama dengan lelaki. 88 persen gamers perempuan yang disurvei memainkan game kategori kompetisi, 75 persen mengatakan mereka memainkan game aksi atau survival, dan 66 persen bermain game shooter," kata riset tersebut.

DOTA 2. [Steampowered]

Dengan demikian, meskipun banyak game yang didominasi oleh lelaki, namun beberapa game juga kini sedang banyak diminati kalangan perempuan.

Hal ini berarti perusahaan perlu menciptakan lingkungan game yang lebih inklusif bagi gamers perempuan untuk menciptakan perubahan jangka panjang dalam industri game. (Suara.com/Dicky Prasetya)

BACA SELANJUTNYA

Pemudah Modal UMKM, Identitas Digital VIDA Dukung Digitalisasi BPR