Kamis, 25 April 2024
Agung Pratnyawan : Rabu, 20 Juni 2018 | 19:01 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Erik Finman, remaja 19 tahun ini sempat menghebohkan sebagai jutawan muda karena Bitcoin. Kini ia mengejutkan lagi dengan membuat lengan robot mirip Doctor Octopus, musuh Spider-Man.

Remaja ini menggunakan sebagian uangnya untuk membangun proyek exoskeleton dengan lengan robot.

Exoskeleton ini dibuat untuk Aristou Meehan yang menderita sindrom hipermobilitas.

Aristou Meehan menginginkan lengan robot seperti Doctor Octopus untuk berakfivitas sehari-hari.

Awalnya Meehan susah dalam merealisasikan proyek ini, akhirnya ia ketemu Erik Finman.

Untuk mewujudkan mimpi Meehan, Finman bersedia untuk mendanai proyek exoskeleton lengan robot seperti musuh Spider-Man.

Finman mulai mengumpulkan tim dan peralatan untuk menggarap proyek ini.

Tim ini menggunakan printer 3D untuk mencetak prototipe dengan lengan robotik.

Proses desain dan manufakturnya memakan waktu sekitar 6 bulan. Walau singkat tapi hasinya mengesankan.

Lengan robot ini memiliki empat tentakel yang dapat bergerak fleksibel. Keempatnya dikendalikan dengan mikrokontroler yang terpasang di punggung.

Untuk menggerakkannya digunakan servo-motor yang ditenagai 4 sel baterai Lithium.

Karena dibuat menggunakan bahan-bahan ringan, keempat lengan ini beratnya hanya 5,6 kilogram.

Saat ini, prototipe yang dikenakan Meehan mampu mengangkat benda-benda ringan. Namun nantinya bakal disempurnakan lagi agar bisa mengangkat barang berat.

Direncanakan bakal bisa mengangkat benda seberat mobil sehingga bisa diaplikasikan untuk industri konstruksi dan medis.

Dilansir thenextweb.com, Finman mulai berinvestasi di Bicoin sejak berumur 12 tahun. Ia menggunakan uang pemberian neneknya sebesar 1.000 dolar AS atau sebesar Rp 14 jutaan.

Dengan uang yang dihasilkan dari Bitcoin, Finman mendirikan perusahaan edukasi online bernama Bontangle.

Hitekno.com/Agung Pratnyawan

BACA SELANJUTNYA

Asia Tenggara Lebih Ramah Terhadap Adopsi Kripto, Ini Penyebabnya