Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bersikeras bahwa Cina secara agresif tengah meretas media sosial. Dalam tuduhan itu, Cina melakukannya karena ingin mempengaruhi Pemilu AS di tahun 2018.
Seperti yang telah diketahui, pada awal November 2018, Amerika Serikat akan melakukan pemilu yang sering disebut dengan ''midterm election''.
Pemilihan paruh waktu ini akan berlangsung di tengah masa jabatan pertama Presiden Donald Trump.
Terdapat 435 kursi Dewan Perwakilan Amerika Serikat dan 35 kursi Senat akan diperebutkan.
Baca Juga
Donald Trump menuduh Cina meretas pemilu AS karena ingin melemahkan kekuasaan dan pengaruhnya di Dewan Perwakilan AS.
''Mereka tidak ingin saya atau kami menang karena saya adalah presiden pertama yang pernah menentang Cina dalam perdagangan,'' kata Donald Trump dalam penjelasannya.
Presiden AS itu juga menuduh Cina mencuri dan merilis email sensitif secara politik serta memanipulasi melalui media sosial.
Ia percaya bahwa cara ini pernah digunakan Rusia untuk mempengaruhi pemilihan presiden 2016.
Facebook dan Twitter langsung mengonfirmasi bahwa klaim Donald Trump sangat diragukan kebenarannya.
Kedua raksasa teknologi itu menjelaskan bahwa serangan cyber yang telah masuk ke platform mereka hanya dari Rusia dan Iran.
Mereka belum mendeteksi adanya peretasan dari Cina terutama terkait dengan pemilu AS tahun 2018.
''Ketika kami berpikir tentang Cina, kami belum melihat operasi dari koordinat sama yang menargetkan negara-negara bagian AS,'' kata Nathaniel Gleicher, Kepala Keamanan Cyber Facebook.
Dikutip dari Bloomberg, seorang perwakilan pers dari Twitter juga melaporkan hal yang sama. Twitter mengonfirmasi bahwa tak ada serangan cyber dari Cina sejauh ini.
Donald Trump sebelumnya menuduh bahwa media sosial akan diretas dan digunakan untuk mengkritik kebijakan perdagangan pemerintah AS.
Sejalan dengan Facebook dan Twitter, deretan perusahaan keamanan cyber ternama juga melaporkan hal yang sama.
FireEye, Symantec Corp, dan Crowdstrike melaporkan tak ada peretasan dari Cina terkait dengan pemilu AS.
Terkini
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
- CCTV Tak Cukup Jadi Bukti Kejahatan? Cek Tips Sistem Keamanan Terintegrasi dari Nawakara
- Update Software Samsung Galaxy S24 Series, Hadirkan Pengalaman Display Vivid yang Makin Optimal
- Nuon Optimistis Dorong Transformasi Digital Melalui Inovasi di Industri Hiburan
- Google Resmi Ganti Bard Menjadi Gemini, Ini Tujuannya
- Kolaborasi Plan Indonesia dan Microsoft, Luncurkan Program AI TEACH for Indonesia
Berita Terkait
-
Proyek Metaverse Telan Banyak Biaya, Induk Facebook Kehilangan Puluhan Triliun Rupiah
-
Facebook Bubuhkan Fitur Baru, Player Kini Bisa Bermain Game Sambil Video Call di Messenger
-
Jumlah Pengguna Aktif Harian Capai 2 Miliar, Facebook Terus Kembangkan AI
-
Meta Serius Mengembangkan Teknologi AI, Metaverse Tak Dilupakan
-
Dituduh Memata-matai Pengguna di AS, CEO TikTok Sindir Facebook
-
Susul Twitter, Facebook dan Instagram Hadirkan Layanan Berlangganan yang Lebih Mahal
-
Meta Siapkan Pesaing Twitter, Perang Medsos Makin Ramai
-
Tak Lagi Pisah Ranjang, Aplikasi Messenger akan Gabung Lagi dengan Facebook
-
Pengguna YouTube dan Facebook Wajib Waspada Serangan Malware Ini
-
Ini yang Perlu Kamu Tahu tentang Apa Itu Social Media Strategist