Jum'at, 19 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Kamis, 02 April 2020 | 09:09 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Beredar informasi yang mengklaim kalau virus corona COVID-19 dapat menular lewat udara, bahkan disebutkan kalau bisa bertahan hingga 8 jam

Pada pertengahan hingga akhir Maret 2020, beredar sebuah pesan broadcast maupun postingan dari beberapa fanspage media sosial yang menyatakan bahwa virus corona COVID-19 dapat menular lewat udara.

Narasi tersebut bertuliskan "Breaking News! COVID-19 dikonfirmasi dapat menular lewat udara (airborne) dan bertahan setidaknya 8 jam di udara! Jadi setiap orang harus memakai masker di mana saja! Breaking News: Virus corona dikonfirmasi bisa menular lewat udara! Virus corona di permukaan besi dan tembaga bisa bertahan 2 jam, plastik bisa 3 hingga 4 jam, udara bisa 8 jam tergantung kondisi!"

Benarkah postingan yang beredar di media sosial tersebut? Berikut hasil penelusuran dan cek fakta untuk mencari kebenarannya.

Penjelasan:

Pesan hoaks yang beredar dan menyatakan bahwa virus corona dapat menular lewat udara. (Screenshot Facebook via ZME Science)

Infeksi pernapasan dapat ditularkan melalui tetesan (droplet) berbagai ukuran. Ketika partikel tetesan berdiameter lebih dari 5-10 μm mereka disebut sebagai "tetesan pernapasan" atau "respiratory droplets".

Sementara ketika berdiameter kurang dari 5 μm, mereka disebut sebagai "inti tetesan" atau "droplet nuclei".

Bukti terkini menjelaskan bahwa SARS-CoV-2 atau virus corona yang menyebabkan COVID-19, ditularkan melalui tetesan pernapasan (respiratory droplets) dan jalur kontak (contact route).

Penularan melalui tetesan pernapasan terjadi ketika seseorang berada dalam kontak dekat (dalam radius 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala penyakit pernapasan (misalnya batuk dan bersin).

Jika hal tersebut terjadi, orang itu berisiko terkena droplet di mulut, mata, atau hidungnya yang terpapar sehingga berpotensi infektif.

Penularan juga terjadi melalui fomites (benda apa pun yang terkontaminasi atau terpapar agen infeksi di lingkungan sekitar orang yang terinfeksi).

Jadi penularan COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Selain itu, penularan juga bisa terjadi melalui kontak tidak langsung dengan orang yang terinfeksi misalnya menyentuh benda yang baru saja digunakan oleh orang yang terinfeksi seperti ponsel, stetoskop atau termometer dan lain-lain.

Untuk COVID-19, transmisi melalui udara dimungkinkan dalam keadaan dan pengaturan khusus di mana prosedur atau perawatan pendukung yang menghasilkan aerosol dilakukan; yaitu, intubasi endotrakeal, bronkoskopi, penyedotan terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus hubungan pasien dari ventilator, ventilasi tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner.

Melansir dari ZME Science, satu publikasi di New England Journal of Medicine telah mengevaluasi kemampuan persistensi virus COVID-19.

Ini adalah studi eksperimental yang menghasilkan aerosol menggunakan nebulizer collison tiga-jet dan dimasukkan ke dalam drum Goldberg di bawah kondisi laboratorium terkontrol.

Itu adalah mesin berdaya tinggi yang tidak mencerminkan kondisi batuk atau paru-paru manusia yang normal.

Situs ZME Science merekomendasikan bahwa kita harus membedakan apa yang MUNGKIN terjadi dalam suatu percobaan di LABORATORIUM dengan KEHIDUPAN NYATA.

Akun resmi WHO mengonfirmasi bahwa virus corona tidak menular lewat udara melainkan melalui droplet atau tetesan. (Instagram/ WHO)

Sekali lagi, penelitian dilakukan dengan menggunakan mesin yang dibangun untuk membuat aerosol sehingga kondisinya jauh dari kehidupan nyata di luar laboratorium atau rumah sakit.

Penjelasan resmi dari WHO juga sudah mengonfirmasi bahwa virus corona tidak menular lewat udara.

"Virus yang menyebabkan Covid-19 dapat menular dan ditransmisi melalui droplet ketika orang yang terinfeksi melakukan gerakan seperti batuk, bersin, dan berbicara. Droplet atau tetesan ini terlalu berat untuk bertahan di udara sehingga mereka dengan cepat langsung jatuh ke lantai atau permukaan," tulis penjelasan WHO di akun Instagram resminya.

WHO menekankan bahwa pernyataan terkait virus corona dapat menular melalui udara dan dapat bertahan 8 jam adalah sebuah informasi yang TIDAK BENAR alias hoaks.

Kesimpulan

Salah satu penelitian dan pemberitaan bersumber pada New England Journal of Medicine telah dipelintir atau mungkin disalahpahami oleh beberapa oknum sehingga menghasilkan kesimpulan yang salah seperti "penularan virus corona melalui udara".

Padahal, penelitian menggunakan mesin berdaya tinggi yang tidak mencerminkan kondisi batuk atau paru-paru manusia yang normal.

Pernyataan bahwa virus corona dapat menular dan bertahan dalam jangka waktu 8 jam merupakan sebuah pernyataan yang mengandung misinformasi.

Dari keterangan WHO kita bisa menyimpulkan bahwa virus corona tidak dapat bertahan lama di udara dan kita dianjurkan untuk menjaga jarak 1 meter dengan orang lain, melakukan desinfeksi teratur ke permukaan, rajin cuci tangan, dan hindari menyentuh wajah.

Itulah hasil hasil cek fakta pada postinga yang mengklaim virus corona COVID-19 menular lewat udara dan bisa bertahan hingga 8 jam, yang ternyata tidak benar.

BACA SELANJUTNYA

CEK FAKTA: Benarkah Nokia X200 Ultra Pakai baterai 7100 mAh dan Kamera 200MP