Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Aplikasi TikTok kembali dikabarkan berbahaya karena mencuri data pengguna, seruan untuk tak menggunakan aplikasi ini pun terjadi.
Kabar ini digaungkan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo yang mengatakan pada Fox News di Gedung Putih bahwa pemerintah Amerika Serikat tengah mempertimbangkan untuk melarang aplikasi ini.
Sebelum Amerika Serikat, pemerintah India sudah mengambil langkah yang sama untuk melarang warga India menggunakan aplikasi tersebut.
Dilansir dari laman The Verge, ini merupakan masalah kegagalan privasi di skala Cambridge Analytica dan apa yang telah dilakukan TikTok telah membuat Amerika Serikat kehilangan kepercayaan.
Baca Juga
-
Sempat Down, Pengguna WhatsApp Kesulitan Kirim Pesan
-
Berwarna Metalik, Begini Wujud Tawon yang Hidup di Zaman Dinosaurus
-
CEK FAKTA: Benarkah Nasi Padang Jadi Sarana Penularan COVID-19?
-
Pamer Jadi Pelakor di Video TikTok, Gadis Ini Bikin Netizen Emosi
-
Tak Sesuai Kebijakan, TikTok Akui Hapus 49 Juta Video Penggunanya
Skandal terbaru muncul ketika TikTok tertangkap basah menguping data clipboard pengguna, yang tiba-tiba terlihat karena fitur privasi baru di iOS 14.
Menurut pakar keamanan siber, aplikasi milik ByteDance ini tak lebih berbahaya daripada aplikasi media sosial lainnya seperti Facebook.
Direktur program Cybersecurity di Universiy of Maryland, Richard Forno mengatakan jika TikTok tak lebih bahaya ketimbang Facebook maupun aplikasi Google.
Richard Forno mengatakan jika TikTok tak berbeda jauh dibanding aplikasi dan layanan lainnya, ia mengatakan jika TikTok ini diserang karena ada hubungannya dengan China.
Seperti Huawei sebelumnya, TikTok juga menjadi kekhawatiran Amerika Serikat atas China, didorong adanya peretasan yang semakin agresif. Kekhawatiran tersebut memungkinkan pengguna Amerika nantnya tak akan mendapatkan aplikasi yang didukung China.
Beberapa bulan belakangan TikTok memang dikabarkan menyebut pemerintah China menggunakan aplikasi tersebut untuk memata-matai penggunanya di seluruh dunia.
Tetapi, TikTok memiliki pembelaan terhadap tuduhan tersebut. Juru bicara aplikasi terpopuler saat ini menyebutkan perusahaannya kini dipimpin oleh CEO asal Amerika Serikat dan memiliki karyawan yang berasal dari Amerika Serikat juga.
Terkini
- Intel Dorong Pengembangan AI untuk Enterprise dengan Gaudi 3
- Dukung QRIS dan BI Fast, Bank Saqu Ikut Meramaikan JakCloth Ramadan 2024
- Melalui Transformasi Digital, PointStar Mendukung Upaya Pemerintah Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 2024
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
- CCTV Tak Cukup Jadi Bukti Kejahatan? Cek Tips Sistem Keamanan Terintegrasi dari Nawakara
- Update Software Samsung Galaxy S24 Series, Hadirkan Pengalaman Display Vivid yang Makin Optimal
Berita Terkait
-
TikTok Bantah Keterlibatan dengan Partai Komunis Tiongkok
-
Marak Dijegal, Ini Syarat dari Barat agar TikTok Tak Lagi Diboikot
-
TikTok TV Hadir ke Indonesia, Puas Nonton di Layar Besar
-
TikTok Dituduh Mata-matai Warga AS, Reaksi Balasannya Bikin Salut
-
Staf DPR AS Dilarang Instal TikTok, Dianggap Berisiko Tinggi
-
Terancam Dilarang, TikTok Makin Terdesak di Amerika Serikat
-
Saat Perusahaan Lain PHK Massal, TikTok Buka 3.000 Lowongan Kerja
-
Induk Perusahaan TikTok Dituduh Diam-Diam Lacak Lokasi Pengguna di Amerika Serikat, duh!
-
Cara Hapus TikTok Now dengan Mudah, Bisa Langsung dari Aplikasi
-
Peneliti Sebut Bahwa TikTok Bodohi Penggunanya di Amerika Serikat, Kok Bisa?