Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Dinas intelijen Amerika Serikat menggunakan senjata siber yang tersembunyi dan mudah beradaptasi untuk meretas salah satu universitas top China, media lokal melaporkan pada hari Selasa (13/9/2022).
Dilansir dari Russia Today, para ahli China telah ngungkap senjata siber yang diduga digunakan oleh Office of Tailored Access Operation (TAO), unit rahasia Badan Keamanan Nasional AS, dalam serangan di Northwestern Polytechnical University.
Pada 5 September, Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional China mengungkapkan hasil penyelidikan terhadap serangkaian serangan siber terhadap universitas yang didanai negara, yang berspesialisasi dalam penelitian aeronautika dan ruang angkasa.
Pada saat itu, pihak berwenang mengatakan bahwa TAO menggunakan lebih dari 40 senjata serangan siber khusus NSA yang berbeda untuk mencuri data universitas.
Baca Juga
Menurut para ahli yang diwawancarai oleh Global Times, unit cyberwarfare NSA terutama mengandalkan apa yang disebut alat "minum teh" yang ditanamkan ke dalam jaringan internal universitas.
Ini diduga memungkinkan pelakunya untuk mencuri kata sandi manajemen jarak jauh dan layanan transfer file jarak jauh, dan mendapatkan akses Intranet. Akibatnya, segudang besar data sensitif dicuri.
Salah satu sumber outlet menjelaskan bahwa "minum teh" adalah alat yang sangat tersembunyi karena dapat dengan mudah berbaur dengan lingkungan baru.
Setelah ditanamkan, spyware ini menyamar sebagai proses layanan latar belakang biasa, yang membuatnya sangat sulit untuk dideteksi, kata pakar dunia maya itu.
Program ini disebut dapat memantau data yang dimasukkan oleh pengguna melalui panel kontrol, memungkinkan dia untuk melihat semua nama akun dan kata sandi.
âBegitu TAO memperoleh nama pengguna dan kata sandi ini, mereka dapat digunakan untuk melakukan serangan tahap berikutnya untuk membantu kantor mencuri file dari server atau menyediakan senjata siber lainnya,â kata para ahli kepada surat kabar tersebut.
Lebih dari 140 GB data bernilai tinggi telah dicuri oleh Amerika Serikat, menurut Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional China. NSA dan Departemen Luar Negeri enggan berkomentar terkait tuduhan tersebut.
Terkini
- Intel Dorong Pengembangan AI untuk Enterprise dengan Gaudi 3
- Dukung QRIS dan BI Fast, Bank Saqu Ikut Meramaikan JakCloth Ramadan 2024
- Melalui Transformasi Digital, PointStar Mendukung Upaya Pemerintah Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 2024
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
- CCTV Tak Cukup Jadi Bukti Kejahatan? Cek Tips Sistem Keamanan Terintegrasi dari Nawakara
- Update Software Samsung Galaxy S24 Series, Hadirkan Pengalaman Display Vivid yang Makin Optimal
Berita Terkait
-
Hasil Studi Cloudflare, Indonesia Rugi Rp 15 Miliar akibat Insiden Keamanan Siber
-
Benarkah Android Lebih Ribet Dibanding iOS? Riset Menunjukkan Sebaliknya
-
Lagi Merebak di AS, Narkoba Zombie Ini Bikin Busuk Jaringan
-
Malware Anyar Targetkan Perangkat iOS, Bisa Memata-matai Pengguna
-
Stabil Usai Dihajar Sanksi AS, Industri Chip China Malah Terancam Terpukul oleh Hukuman Jepang
-
Bermodal Pistol Nintendo Jadul, Orang Ini Sukses Merampok Toko tetapi Akhirnya Diringkus
-
AS akan Batasi Investasi ke Perusahaan Teknologi China
-
Ubisoft Tutup Gerai Online di China, Apa Sebabnya?
-
Giliran Perusahaan Teknologi AS Balik Diblacklist China, Amerika Malah Mengeluh
-
Apa Itu Serangan Volt Typhoon, Bagaimana Menghindarinya?