Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Pemerinta China melarang warganya untuk kuliah online dari universitas luar negeri. Para mahasiswa langsung diminta untuk kembali ke tempat mereka belajar.
Dilaporkan ABC.net.au, Pemerintah China telah mengeluarkan perintah untuk mahasiswa yang kuliah online dengan universitas asing kembali ke kelas tatap muka.
Seperti kisah Karen Zhang, mahasiswa jurusan keuangan University of New South Wales dari Provinsi Guangdong, China.
Ia mengaku kaget ketika disurung kembali ke Australia sebelum perkuliahan dimulai pada 20 Februari 2023 mendatang.
Baca Juga
Karen menyampaikan kalau masalah terbesar yang dialaminya kini adlaah soal akomodasi. Bagaimana ia bisa mendapatkan akomodasi dalam waktu singkat.
"Rencana hidup saya langsung terganggu. Saya sudah punya rencana bekerja magang di China karena sudah mendapat tawaran," ucapnya dimuat ABC.net.au.
"Saya harus membatalkan semuanya dan berusaha segera datang ke Australia," tambahnya.
Pemerintah China melarang warganya yang jadi mahasiswa di universitas asing mengikuti kuliah online.
Mereka diminta kembali ke universitas dan tempat perkuliahan masing-masing untuk mengikuti kuliah tatap muka.
Akibatnya, lebih dari 40.000 mahasiswa China harus segera kembali ke Australia untuk kuliah tatap muka, karena jika tidak gelar dan pendidikan mereka terancam tidak diakui di China.
Tanggapan Australia
Wakil Dirut Group of Eight Universities di Australia, Matthew Brown menilai kebijakan pemerintah China tersebut membuat universitas kaget.
Menurut Dr Brown, langkah yang tidak terduga ini berdampak sangat besar bagi sekitar 100.000 mahasiswa China yang saat ini belajar di delapan universitas peringkat teratas di Australia.
"Kami sebenarnya sudah merencanakan untuk memanggil kembali mahasiswa ke kampus tahun ini. Tapi pengumuman mendadak ini terjadi tanpa pemberitahuan apa pun," katanya.
Menurutnya keputusan ini bisa berdampak pada pengurusan visa, tiket pesawat, dan tempat tinggal yang kondisinya semakin ketat saat ini.
"Saya pikir hal ini akan sangat menyulitkan mahasiswa," ujar Dr Brown.
Direktur Asosiasi Pendidikan Internasional Australia, Phil Honeywood menyampaikan kalau pemerintah China tidak nyaman dengan kuliah online dibandingkan dengan kuliah tatap muka di kelas.
Dia mengatakan Pemerintah Australia harus mengerahkan sumber daya untuk memproses permintaan visa pelajar asal China agar semua permasalahan ini bisa teratasi.
"Pihak universitas kita siap untuk menghadapinya," katanya.
Terkini
- Garmin Run 2024 Asia Series di Indonesia, Perayaan Pecinta Lari Segala Level
- HSPNet Hadirkan Jaringan B3JS dan BDMCS dengan Kapasitas Tinggi
- Intel Dorong Pengembangan AI untuk Enterprise dengan Gaudi 3
- Dukung QRIS dan BI Fast, Bank Saqu Ikut Meramaikan JakCloth Ramadan 2024
- Melalui Transformasi Digital, PointStar Mendukung Upaya Pemerintah Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 2024
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
Berita Terkait
-
Stabil Usai Dihajar Sanksi AS, Industri Chip China Malah Terancam Terpukul oleh Hukuman Jepang
-
AS akan Batasi Investasi ke Perusahaan Teknologi China
-
Ubisoft Tutup Gerai Online di China, Apa Sebabnya?
-
Giliran Perusahaan Teknologi AS Balik Diblacklist China, Amerika Malah Mengeluh
-
Mogok Kuliah Kedokteran, Mahasiswi Ini Jualan Air Ludah Omset Puluhan Juta
-
Hasil Menko Luhut ke China, Mobil Listrik BYD akan Investasi ke Indonesia
-
Serangan Balik, Kini Giliran China yang Ngeblacklist Perusahaan Chip Amerika
-
Bikin Industri China Tak Tunduk Walau Panen Sanksi, Apa Itu RISC-V?
-
Ikut Kelas, Mahasiswa Melongo Lihat Artis Cantik Ini Jadi Dosen Pembimbingnya
-
Sanksi AS Tidak Banyak Berdampak pada Industri Semikonduktor di China