Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Karena teleskop antariksa utama NASA mengalami penundaan misi, Badan Antariksa memberi para ilmuwan beberapa batasan tentang seberapa banyak uang yang dapat dihabiskan untuk misi astrofisika di masa depan.
NASA harus membatasi biaya teleskop ruang angkasa di tengah penundaan misi dan ketidakpastian anggaran.
Dilansir dari The Verge, 2 pekan lalu NASA mengumumkan bahwa para ilmuwan yang mengusulkan ide untuk teleskop ruang angkasa yang baru, harus membatasi anggaran mereka.
Anggaran yang harus dibatasi 3 miliar dolar AS atau Rp 41 triliun hingga 5 miliar dolar AS atau Rp 70 triliun. Batas biaya dapat memaksa para ilmuwan untuk berhemat dan dapat mengubah desain misi yang mereka kerjakan.
Baca Juga
Saat ini, empat tim ilmuwan sedang merancang konsep teleskop ruang angkasa yang ambisius untuk laporan 2 tahun mendatang. Laporan tersebut dikenal sebagai 2020 Decadal Survey for Astrophysics.
Ini adalah laporan luar biasa yang disusun oleh National Academy of Sciences setiap 10 tahun. Laporan tersebut berisi misi apa yang harus komunitas astrofisika rancang dan apa yang harus NASA kerjakan dalam satu dekade ke depan.
Misi ini dirancang untuk menjawab pertanyaan sains terbesar, seperti apakah kita dapat mencari lubang hitam dan galaksi muda dengan sinar-x.
Banyak peneliti juga ingin tahu apakah kita dapat menggambarkan dan menemukan planet mirip Bumi di luar Tata Surya kita.
Pada tahun 2016, NASA menugaskan tim untuk mengerjakan empat desain teleskop yang berbeda (HabEx, LUVOIR, Lynx, dan OST).
Hingga saat ini, tim tidak perlu merancang misi mereka karena mempertimbangkan keterbatasan biaya.
Beberapa tim ilmuwan telah mengerjakan konsep yang mungkin melebihi 5 miliar dolar AS atau Rp 70 triliun (Bahkan bisa mencapai hampir 20 miliar dolar AS atau Rp 280 triliun).
Memang, desain ini tidak dimaksudkan untuk menjadi blueprint akhir tetapi desain tersebut berfungsi sebagai referensi untuk NASA ketika lembaga tersebut berinvestasi untuk teleskop berikutnya.
NASA mencoba untuk mengikuti konsep-konsep ini sebaik mungkin, dan sekarang agensi ingin memastikan bahwa misi dapat dibuat dalam anggaran yang wajar. Hal itu berarti tim-tim ilmuwan harus membatasi ruang lingkup ide-ide mereka.
Hitekno.com/Rezza Dwi Rachmanta
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Ilmuwan Ungkap Planet Berkabut, Wujud Mirip Neptunus
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Kenapa Bintang Digambarkan dengan Lima Sudut, Padahal Aslinya Bulat
-
12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
-
Sebuah Komet Hijau Mendekati Bumi, Lintasannya Bisa Terlihat?
-
NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?
-
Satelit NASA Akan Jatuh Ke Bumi, Setelah 38 Tahun Beroperasi
-
Peringatan NASA, Ada Indikasi China Ingin Mengklaim Tanah di Bulan