Jum'at, 29 Maret 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Rabu, 29 Agustus 2018 | 18:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Kita mungkin sangat menyukai superhero seperti Spider-man yang suka menolong. Namun sebaliknya, kita sangat takut laba-laba apabila makhluk itu bersembunyi di dalam rumah kita.

Ternyata ada alasan ilmiah mengapa kita takut terhadap laba-laba. Dalam penelitian yang ada, rasa takut terhadap laba-laba terkait dengan tingkat sensitivitas rasa jijik seseorang.

Rasa jijik merupakan respon penolakan makanan yang telah berevolusi untuk mencegah penularan penyakit.

Hal itu merupakan respon yang biasanya ditimbulkan oleh hal-hal seperti kotoran, lendir dan muntahan. Ketiga hal tersebut merupakan media perantara untuk menularkan penyakit.

Rasa jijik ini juga terbukti sebagai ''relevansi ketakutan'' yang berkaitan dengan hewan non-pemangsa manusia. Hewan-hewan itu seperti kelelawar, kadal, siput, tikus, lintah, ular, tikus, kecoak, serta laba-laba.

Spiderman vs Laba-Laba. (ScienceABC)

Seorang profesor dari Sussex University yang bernama Graham Davey menyatakan bahwa ada kaitan sejarah masa lalu dengan ketakutan laba-laba di masa sekarang.

Dikutip dari Psychologytoday, secara historis ini ada hubungannya dengan penyakit dan infeksi di Eropa yang ada selama berabad-abad.

Pada Abad Pertengahan, makanan yang bersentuhan dengan laba-laba dianggap beracun. Orang zaman dulu juga percaya apabila laba-laba jatuh ke air maka air akan menjadi beracun.

Akhir abad ke 17 banyak laba-laba Eropa dianggap beracun dan menjadi penyebab histeria dan gejala penyakit.

Ilustrasi mimpi buruk laba laba. (Jack Flacco)

Pada abad tersebut, wabah dari ribuan tikus akan datang apabila suatu desa dihinggapi laba-laba di sebagian rumah warganya.

Masih belum jelas apakah itu sebuah pertanda yang kebetulan atau hanya laba-laba itu menyukai rumah yang terdapat banyak jerami.

Hal itu dikenal dengan ''tarantisme'' yang ada di beberapa wilayah seperti Sisilia, Spanyol, Jerman, Persia, Asia, Amerika dan Albania. Jadi ''ketakutan'' akan laba-laba yang menjijikkan merupakan warisan genetis dan menjadi fenomena universal.

Ketakutan itu tertanam dalam DNA kita dan berfungsi sebagai naluri bertahan hidup dari generasi ke generasi. Oleh Neil deGrasse Tyson itu disebut dengan ''bagasi evolusi''.

Ilustrasi laba-laba. (Metro)

Namun penelitian di atas masih bisa disanggah karena beberapa wilayah tak terjangkit fenomena tersebut.

Di banyak wilayah di dunia, seperti Indo-Cina, Karibia, Afrika, dan di antara penduduk asli Amerika Utara dan suku Aborigin Australia, laba-laba dimakan sebagai makanan lezat.

Hal itu bisa disebabkan karena fenomena budaya sehingga orang-orang tersebut tak memiliki fobia laba-laba.

Namun sebagian besar peneliti yakin bahwa terdapat hubungan antara rasa jijik, budaya setempat, dan warisan genetis yang membuat kita takut terhadap laba-laba.

BACA SELANJUTNYA

Pengertian Berpikir Ilmiah dan Bagaimana Caranya, Simak di Sini