Jum'at, 26 April 2024
Agung Pratnyawan : Minggu, 07 Oktober 2018 | 18:46 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Apa itu Antariksa? Dijelaskan kalau Antariksa adalah tempat atau lebih tepatnya suatu 'kekosongan' yang terhampar di antara asteroid, planet, dan benda-benda kosmis lainnya. Namun di mana batas antariksa itu dumulai?

Apakah antariksa memiliki batasan? Apakah yang memisahkan dengan antariksa?

Dilansir dari Suara.com, definisi ''batasan antariksa'' yang paling banyak diterima adalah 100 km di atas permukaan Bumi. Ketinggian itu dikenal sebagai Garis Karman.

Garis Karman merupakan batas ketinggian di mulainya antariksa yang dicetuskan oleh seorang fisikawan Hungaria, Theodore von Kármán.

Penetapan Garis Karman juga didukung oleh seorang peneliti NASA, Paul Newman yang menambahkan bahwa di atas ketinggian lebih dari 100 km dari permukaan Bumi, unsur-unsur gas seperti nitrogen dan oksigen mengalami pemisahan molekul sehingga menandakan ruang yang hampa udara.

NASA kemudian menyebut fenomena pemisahan molekul ini sebagai ''homopause''.

Ilustrasi rancangan lift antariksa. (CNet)

Akan tetapi, pembatasan berdasarkan Garis Karman rupanya tidak cukup untuk menjadi jawaban mutlak dalam menentukan batas antariksa karena terdapat anggapan umum yang menyatakan bahwa batas akhir atmosfer adalah titik mulai dari antariksa.

Atmosfer sendiri terdiri dari lima lapisan, yaitu: troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer.

Umumnya, para ilmuwan memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai batas atmosfer. Ketebalan rata-rata dari total atmosfer Bumi mencapai ketinggian sekitar 480 km di atas permukaan Bumi, di mana oksigen menjadi sangat tipis jika melebihi dari batas ketinggian ini.

Namun, eksosfer memiliki ketinggian hingga sekitar 10.000 km di atas permukaan laut. Dari sini bisa diketahui adanya selisih yang sangat jauh antara batas ketinggian seperti ditetapkan dalam Garis Karman dengan batas akhir atmosfer Bumi.

Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan fungsional, yang menekankan pada sifat dan fungsi dari program keantariksaan. Contohnya adalah dengan adanya istilah ''sub-orbital spaceflight'' dan ''low-Earth orbit spaceflight'', di mana wahana-wahana antariksa yang termasuk dalam dua kategori itu, seperti ISS dan Soyuz 18-a, dianggap sebagai wahana antariksa meskipun ketinggian terbangnya tidak melewati batas maksimal atmosfer.

Hal ini kemudian menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang terkait dengan pembatasan antariksa. Negara-negara di dunia memiliki pegangan yang berbeda akan batas antariksa, sebagian menggunakan batas akhir atmosfer dan sebagian lagi mengandalkan Garis Karman.

Namun ada pula yang tidak mementingkan batas antariksa seperti Amerika Serikat. Meskipun begitu, hingga saat ini penetapan batas antariksa masih menjadi perdebatan di forum internasional dikarenakan belum adanya jawaban yang mutlak.

Tulisan mengenai batas antariksa ini sudah dimuat di Suara.com dengan judul Di Manakah Batas Antariksa Dimulai?

BACA SELANJUTNYA

NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?