Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Terdapat banyak realitas yang cukup mengganggu akibat perubahan iklim di seluruh dunia, termasuk cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut. Para ilmuwan memperingatkan bahwa ada ''bom waktu'' yang diabaikan oleh masyarakat global saat ini.
Bom waktu tersebut adalah pasokan air tanah global. Air tanah adalah kelembapan di tanah dan batu, ''diberi makan'' oleh curah hujan dan disimpan di akuifer.
Itu merupakan sumber air tawar terbesar di Bumi, dan memasok dua miliar orang dengan air minum serta untuk irigasi tanaman.
Tetapi selama 100 tahun ke depan, perubahan curah hujan terkait tidak stabilnya iklim dapat mengganggu proses ''mengisi ulang''.
Baca Juga
Pengisian air tanah pada 44 persen akuifer di planet Bumi terancam terganggu.
Penelitian ini sudah diterbitkan di jurnal Nature Climate Change pada Senin (21/01/2019).
Itu berarti hampir setengah dari akuifer di planet ini diproyeksikan akan habis ke berbagai tingkat dalam satu abad.
Jutaan manusia dapat terganggu dalam mengakses air bersih.
Ilmuwan dan pakar air tanah dari Universitas Cardiff juga mengungkapkan bahwa perubahan iklim akan mengganggu akuifer yang tersisa pada rentang waktu lebih dari 100 tahun.
''Ini bisa digambarkan sebagai bom waktu lingkungan karena setiap perubahan iklim berdampak pada pengisian ulang yang terjadi sekarang. Itu juga akan berdampak pada aliran dasar ke sungai dan lahan basah,'' kata Cuthbert dikutip dari Vice.
Tim peneliti menemukan bahwa daerah lembab, seperti Cekungan Amazon atau Florida Everglades, lebih cenderung sensitif terkait pengisian ulang akuifer dalam jangka pendek.
Sementara akuifer di daerah gersang, seperti Gurun Sahara memiliki waktu ribuan tahun untuk merespon perubahan iklim saat ini.
Banjir ekstrem dan kekeringan di daerah lembab memiliki efek yang lebih langsung pada akuifer.
Itu disebabkan karena permukaan air di wilayah itu dekat dengan permukaan.
Bom waktu terkait dengan persediaan air global ini diharapkan agar mendapat perhatian banyak negara.
Krisis yang disebabkan perubahan iklim mungkin tidak akan ''meledak sekarang'', namun akan menyakitkan apabila bom waktu meledak ketika anak cucu kita mewarisi Bumi.
Terkini
- Picu Kontroversi dan Lagi Ramai Dibicarakan, Apa Itu HAARP?
- Ilmuwan Temukan Microplastik di Pembuluh Darah Manusia, Miris
- Balon Cuaca China Ditembak Amerika Serikat, Tensi Memanas
- Jumlah Korban Tewas Gempa Turki Meningkat, Capai Ribuan Dalam Sehari
- Gempa M 5,2 Guncang Banten, Begini Penjelasan dari BMKG
- BRIN: Riset Alat Pendeteksi Tsunami InaBuoy Tidak Dihentikan
- 4 Pantangan ketika Terjadi Gempa: Jangan Lakukan Hal-hal Ini
- 4 Sebab Gempa Bumi dan Tindakan Awal yang Harus Dilakukan Saat Terjadi
- Ilmuwan Ungkap Sifat Aneh Air di Luar Angkasa, Wujudnya Beda dengan di Bumi
- Saham Pfizer Anjlok Seiring Menurunnya Permintaan Obat Covid
Berita Terkait
-
Bangun Infrastruktur Rendah Karbon, Huawei Masuk Daftar A CDP
-
Penyebab Penurunan Muka Tanah Semarang, Dosen UGM: Akibat Penggunaan Air Berlebihan
-
BRIN: 2 Faktor Penyebab Cuaca Ekstrem Makin Sering di Indonesia
-
Ilmuwan Ungkap Pelelehan Es di Greenland Kian Cepat, Perubahan Iklim Bikin Khawatir
-
PBB Ungkap Potensi Mematikan dari Gelombang Panas yang akan Datang, Bikin Ngeri
-
Manfaatkan Teknologi, Fairatmos Sasar Demokratisasi Akses Pasar Karbon
-
Panas Ekstrem Diprediksi Bakal Terjadi 3 Kali Lebih Sering, Berbahaya?
-
BMKG: Suhu Perkotaan Indonesia Bakal Naik 3 Derajat Celcius pada Akhir Abad 21
-
Hadapi Perubahan Iklim, Maladewa Sampai Bangun Kota Terapung
-
Gegara Perubahan Iklim, Terpaksa Base Camp Gunung Everest Pindah