Kamis, 25 April 2024
Vika Widiastuti | Rezza Dwi Rachmanta : Minggu, 03 Februari 2019 | 09:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Sisi gelap Bulan seringkali menyimpan misteri tersendiri karena manusia tidak ada yang menjamahnya. Namun, sejak awal Januari 2019, pesawat luar angkasa dan robot penjelajah China, Chang'e 4 berhasil membuka tabir misteri tersebut.

Data terbaru kini berhasil diungkap oleh ilmuwan, dan ternyata sisi gelap Bulan tidak segelap yang dibayangkan sebelumnya.

Namun yang pasti, suhu di sana akan mengalami penurunan drastis sehingga akan sangat dingin.

Seperti yang telah diketahui, sisi Bulan ''terkunci'' pada planet Bumi. Itu berarti sisi yang sama dari Bulan menghadap ke kita setiap saat.

Akan tetapi Bulan masih berputar meski terus menerus menunjukkan satu wajah kepada kita.

Hal itu membuat Bulan mengalami siang dan malam dari sinar Matahari yang bervariasi.

Periode-periode tersebut lamanya sekitar 2 minggu waktu Bumi.

Chang'e 4 and Yutu 2 saling memotret satu sama lain. (CNSA/CLEP).

Data dari misi Apollo mengungkapkan bahwa permukaan Bulan yang diterangi Matahari dapat naik hingga 127 derajat Celcius pada siang hari.

Akan tetapi, suhu Bulan dapat turun ke minus 173 derajat Celcius di malam hari.

Namun sayangnya, data tersebut diambil dari sisi Bulan yang menghadap ke Bumi.

Misi pesawat luar angkasa China, yang mendarat di sisi gelap Bulan telah mencatat suhu yang bahkan lebih dingin selama periode malam Bulan yang panjang.

Pesawat luar angkasa China yang terdiri dari Lander atau Pendarat bernama Change'4 dan Rover atau robot penjelajah, Yutu 2, berhasil mengungkap data baru.

Pesawat luar angkasa tersebut terbangun dari periode ''dormant'' (power-saving mode) pada akhir Januari 2019.

Sisi gelap Bulan. (CSNA)

Data yang berhasil didapat oleh ilmuwan saat kedua perangkat mereka hidup adalah suhu di sana ternyata anjlok signifikan.

Suhu di Bulan terutama di sisi gelapnya bisa anjlok mencapai 190 derajat Celcius.

''Perbedaan data antara Chang'e 4 dan misi Apollo kemungkinan karena perbedaan komposisi tanah Bulan antara sisi gelap dan sisi terang. Kita masih perlu analisis yang lebih cermat,'' kata Zhang He, direktur eksekutif misi Chang'e 4 dikutip dari Live Science.

Dengan kata lain, ''sesuatu'' tentang bagian permukaan Bulan tempat Chang'e 4 mendarat mungkin menyebabkan tanah tersebut menahan panas yang lebih sedikit.

Sementara lokasi pendaratan Apollo diketahui dapat menyimpan panas yang lebih banyak.

Namun, para peneliti masih tidak yakin mengenai ''sesuatu'' itu. Mungkin perlu waktu lebih lama lagi bagi ilmuwan untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari perbedaan suhu itu.

Data sementara dari Chang'e 4 mengenai sisi gelap Bulan sangat membantu ilmuwan untuk memecahkan misteri yang selama ini tersembunyi.

BACA SELANJUTNYA

Kapan Gerhana Bulan Penumbra Terjadi Mei 2023, Terlihat dari Indonesia?