Jum'at, 19 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Rabu, 17 April 2019 | 17:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Para ilmuwan internasional baru saja menemukan sebuah gebrakan penting mengenai penelitian tentang mimpi buruk.

Para peneliti percaya bahwa terdapat pola aktivitas otak yang berbeda ketika seseorang sedang mengalami mimpi buruk.

Penelitian ini menyelidiki dimana bagian otak yang berfungsi aktif ketika mimpi buruk terjadi.

Mereka juga berusaha mengungkapkan pola aktivitas tertentu di otak ketika kita marah atau emosi di dalam mimpi.

Jika penelitian ini benar, maka kita bisa mengetahui dasar saraf yang menghasilkan konten emosional mimpi buruk.

Seperti yang telah diketahui mimpi buruk berhubungan dengan gangguan mental dan tidur seperti kecemasan, depresi dan insomnia.

Ilustrasi mimpi buruk. (Pixabay/ Pete Linforth)

Studi ini dilakukan oleh beberapa ilmuwan lintas negara dari Universitas Turku (Finlandia), Universitas Skövde (Swedia) dan Universitas Cambridge (Inggris).

Penelitian mereka telah diterbitkan di jurnal JNeurosci pada hari Selasa (16/04/2019).

Para peneliti menyelidiki hasil rekaman elektroensefalografi dari 17 orang sehat yang tidur selama dua malam di laboratorium khusus.

Setelah peserta mencapai fase REM (Rapid Eye Movement), mereka akan ditunggu sebentar dan dibangunkan oleh peneliti.

Seperti yang telah diketahui, fase REM adalah fase dimana mimpi terlihat jelas.

Setelah dibangunkan, peneliti meminta peserta untuk menggambarkan mimpi mereka dan menilai emosi yang mereka alami.

Para peneliti menemukan bahwa mimpi buruk dan kemarahan emosional yang meledak-ledak berhubungan dengan aktivitas pola otak di Frontal Cortex.

Ilustrasi mimpi buruk. (Pixabay/ geir fløde)

Aktivital gelombang alpha paling banyak ditemukan di bagian otak tersebut.

Sinyal saraf yang disebut FAA (Frontal Alpha Asymmetry) telah dikaitkan dengan kemarahan dan pola pengaturan diri selama peserta bangun.

''Kami menemukan bahwa individu dengan FAA lebih besar (misalnya kekuatan alpha sisi kanan lebih besar) selama fase REM, dan selama terjaga di malam hari, mengalami lebih banyak kemarahan dan mimpi buruk emosional dalam mimpi,'' kata peneliti dikutip dari Futurism.

Karena penelitian ini mengungkapkan dimana mimpi buruk berasal, suatu saat nanti diharapkan kita bisa mengatur sinyal saraf itu sehingga bisa menjadi terapi efektif bagi pasien.

BACA SELANJUTNYA

Mimpi SBY Tuai Kehebohan di Media Sosial, Begini Tanggapan Jokowi