Jum'at, 19 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta : Minggu, 21 April 2019 | 15:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - R. A. Kartini atau Raden Ayu Kartini dikenal sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berkat jasanya memperjuangkan emansipasi wanita.

Hari kelahiran R. A. Kartini, tepatnya pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini.

Hari ini (21/04/2019) netizen Indonesia juga tak lupa akan jasanya sehingga membuat momen Hari Kartini dibicarakan di media sosial.

Sebanyak dua hashtag menduduki kolom trending topik di Twitter pagi ini, (21/4/ 2019), yaitu KartiniDay dan hashtag SELAMATHARIKARTINI.

Ketika kita di bangku Sekolah Dasar kita sering menyanyikan lagu ''Ibu Kita Kartini'' untuk mengenang jasa beliau.

Dalam sejarahnya, WR Supratman menciptakan lagu berjudul ''Ibu Kita Kartini'' untuk mengenang perjuangan Kartini semasa hidupnya.

Agar generasi kekinian mengerti lebih dalam tentang R. A. Kartini, berikut lima fakta menakjubkan tentang beliau yang jarang orang tahu:

1. Anak dari Istri Pertama Ayahnya, Namun Bukan Istri Utama

Ayah R.A Kartini, RM Sosroningrat (Wikipedia/ Manuluf)

Kartini merupakan anak dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah.

Peraturan kolonial Belanda saat itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M. A. Ngasirah bukanlah bangsawan kelas atas, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan.

Istri kedua ayahnya merupakan keturunan langsung dari Raja Madura. Setelah menikah dengan istri keduanya, ayah R.A. Kartini langsung diangkat menjadi bupati di Jepara.

Meski bukan anak dari istri utamanya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat sangat menyayangi anaknya dan menyekolahkan Kartini di ELS (Europese Lagere School).

2.Sangat Cerdas dan Mendapatkan Pendidikan Cukup Tinggi

Kartini. (Wikipedia/Tropenmuseum, bagian dari Museum Nasional Kebudayaan Dunia)

Dalam catatan sejarah, R.A Kartini dikenal sebagai perempuan ulet dan cerdas. Karena di sekolahkan di Europese Lagere School hingga umur 12 tahun, Kartini dapat belajar bahasa Belanda dan menguasainya.

Meski hanya 12 tahun, namun itu adalah pendidikan terbaik yang pernah diberikan kepada kaum perempuan saat itu.

Setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Praktik pingit adalah sebuah budaya umum bangsawan Jawa saat itu, untuk mempersiapkan gadis muda dalam menuju pernikahan mereka.

Selama masa pengasingan atau pingit, anak perempuan tidak diizinkan meninggalkan rumah orang tua mereka sampai mereka menikah.

Selama dalam masa pingit inilah R.A Kartini rajin menulis surat dalam bahasa Belanda dan menuliskan pemikirannya.

3. Mimpinya adalah Memajukan Perempuan Pribumi

Ilustrasi sekolah Kartini. (Wikipedia/ Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)

Selama masa pingit, ia belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda.

Salah satunya, ia mengirim kepada Rosa Abendanon, seorang perempuan Belanda yang kelak menyebarkan dan menyimpan pemikiran Kartini di dalam suratnya.

Kartini belajar kemajuan berpikir perempuan Eropa dari buku-buku, koran dan majalah Eropa.

Dalam buku yang berjudul On feminism and nationalism: Kartini's letters to Stella Zeehandelaar, disebutkan bahwa Kartini juga pernah mengirimkan tuisannya dan dimuat di majalah De Hollandsche Lelie.

Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan kumpulan surat Kartini dengan judul yang diterjemahkan menjadi ''Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran''.

Atas pemikiran Kartini dalam kumpulan surat dan buku itulah yang sangat menarik perhatian masyarakat Belanda.

Perlahan-lahan, setelah kematiannya, pemikiran Kartini dapat diterima juga oleh masyarakat Indonesia sehingga perempuan Indonesia mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

4. Menarik Perhatian Tokoh Belanda

Theodor van Deventer. (Wikipedia/ Geheugen van Nederland)

Kartini meninggal pada 17 September 1904 di usia 25 tahun, beberapa hari setelah melahirkan anaknya.

Seorang tokoh Politik Etis dan ahli hukum Belanda, Van Deventer terkesan dengan pemikiran Kartini.

Ia setuju dengan Kartini karena sesuai dengan cita-citanya sendiri.

Sebelumnya, ia pernah menulis sebuah artikel yang berjudul Een Eereschuld (Hutang Kehormatan).

Van Deventer merupakan seseorang tokoh yang cukup kritis terhadap kebijakan Belanda yang notabene negaranya sendiri.

Ia berpikir bahwa Belanda berhutang budi dengan Hindia Belanda (Indonesia).

Negaranya makmur dan aman adalah hasil kolinialisasi yang datang dari jajahan di Hindia Belanda.

Saat perempuan Eropa sangat maju dan peradaban mereka makmur, hal berkebalikan justru dirasakan perempuan pribumi di Indonesia.

Pada tahun 1913 ia mendirikan Yayasan Kartini, sebuah yayasan untuk membuka sekolah-sekolah khusus perempuan pribumi.

Berkat dukungan penuh dari tokoh Belanda, Yayasan Kartini didirikan di lebih dari lima kota besar termasuk Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun dan daerah lainnya.

5. Kartini Merupakan Istri Keempat

Peringatan Hari Kartini pada tahun 1953. (Wikipedia/ National Museum of World Cultures)

Kartini dijodohkan dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang pria yang pernah memiliki tiga istri.

Suaminya mendukung penuh pemikiran Kartini bahkan ikut menginisiasi terbentuknya sekolah khusus perempuan pribumi.

Pemikiran Kartini sangat kontroversial saat itu karena perempuan belum terbiasa diperlakukan dengan mengenyam pendidikan tinggi dan hak-hak kesetaraan lainnya.

Tak hanya mengundang kontroversi di luar pemikirannya, namun itu juga memantik kontroversi ke dalam pemikirannya.

Sikap Kartini yang pro terhadap poligami juga bertentangan dengan pandangan kaum feminis tentang arti emansipasi wanita.

Namun terlepas dari kontroversinya, Raden Ayu Kartini dapat membuka pemikiran kuno yang sangat ketat sehingga perempuan Indonesia dapat diperjuangkan hak-hak kesetaraannya.

BACA SELANJUTNYA

Banyak yang Belum Tahu, Begini Sejarah GPU HP Kondang Adreno