Selasa, 23 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Rabu, 24 April 2019 | 10:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Mobil listrik diharapkan menjadi mobil masa depan karena ramah lingkungan dan tidak menghasilkan polusi udara. Namun sepertinya produsen mobil listrik, Tesla, harus berpikir lebih keras untuk meyakinkan pengguna bahwa mobil Tesla aman di masa depan.

Tesla pernah mengklaim bahwa mobilnya secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk terbakar dibandingkan dengan mobil lainnya.

Namun setelah Tesla melihat rekaman CCTV yang beredar melalui akun Weibo, mereka harus menarik kata-katanya kembali.

Video yang viral di Weibo itu juga langsung ''meledak'' di Twitter setelah seorang netizen menerjemahkan dan mengunggah ulang di platform tersebut.

Itu juga menjadi kabar buruk setelah Tesla berambisi membangun Gigafactory 3, pabrik yang khusus memproduksi Tesla Model 3 dan Model Y di China.

Seorang pemilik Tesla yang mempunyai nama akun Twitter Jay in Sanghai mengatakan bahwa mobil tersebut meledak pada parkiran sebuah parkiran di salah satu gedung Sanghai, China.

Video berdurasi 23 detik awalnya memperlihatkan asap yang perlahan keluar dari bawah mobil.

Selang beberapa detik kemudian, asap mulai membesar dan menimbulkan ledakan besar.

Dikutip dari Gizmodo, mobil yang meledak merupakan Tesla Model S generasi pertama.

Setelah viral di Twitter dan Weibo, Tesla akhirnya angkat bicara.

Tanggapan Tesla di Weibo berbunyi:

"Setelah mengetahui tentang kejadian di Shanghai, kami mengirim tim ke tempat kejadian tadi malam sesegera mungkin. Kami secara aktif bekerja sama dengan departemen terkait dan bekerja sama dengan tim verifikasi. Menurut informasi saat ini, ledakan tidak menimbulkan korban."


Setelah ledakan, terlihat reruntuhan mobil yang hangus seperti sekam yang habis terbakar.

Semoga saja ini tidak terjadi di mobil listrik Tesla yang lain, karena bagaimana pun Tesla adalah pionir mobil listrik masa depan.

BACA SELANJUTNYA

Giliran Perusahaan Teknologi AS Balik Diblacklist China, Amerika Malah Mengeluh