Rabu, 24 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Rabu, 15 Mei 2019 | 12:45 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Setelah tentara AS baru saja mengembangkan drone dengan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan, militer China juga tak mau kalah. Mereka memperkenalkan truk perang terbaru yang mampu meluncurkan rudal serta drone.

Perang zaman modern diprediksi akan minim menggunakan manusia di garis terdepan.

Berbagai negara mengembangkan kemampuan drone mereka baik untuk misi penyerangan maupun misi pengintaian.

Tak hanya misi pengintaian, truk perang militer China terbaru bahkan bisa mengubahnya menjadi serangan mematikan dengan keakuratan tinggi.

Dipajang di acara Beijing Civil-Military Integration Expo pada awal Mei 2019, truk perang China dilengkapi dengan 12 tabung yang mampu meluncurkan drone.

Truk perang ini dikembangkan oleh perusahaan Yanjing Auto yang bekerja sama dengan milter China.

Drone militer mini milik China yang serba guna. (YouTube/ loupeko)

Itu merupakan kendaraan off-road 4x4 yang dapat melaju 123 kilometer per jam.

Empat tabung dapat meluncurkan drone yang dinamakan SULA30. Drone tersebut dilengkapi dengan kamera dan dapat mengintai musuh selama 1 jam melalui udara.

Sementara tabung lainnya dapat meluncurkan drone SULA89 yang berfungsi sebagai misi penyerangan.

SULA89 dapat membawa lebih dari 1,8 kilogram bahan peledak dan bisa melakukan misi bunuh diri.

Ia dapat melesat dan menabrak target dengan kecepatan 177 kilometer per jam.

Dikutip dari Futurism, selain dapat membawa pasukan ''ringan'', truk perang ini juga bisa berubah dan meluncurkan tembakan artileri.

Unit truk all-in-one ini dapat merangsek ke tempat tersembunyi, mengintai dan membunuh target dan langsung bisa mundur mengevakuasi pasukan dengan cepat.

Dengan adanya perkembangan drone yang cukup masif seperti yang ada pada militer China, sepertinya perang di masa depan hanya akan mengandalkan remote dibandingkan harus mengirim pasukan untuk bertatap muka langsung.

BACA SELANJUTNYA

Sanksi AS Tidak Banyak Berdampak pada Industri Semikonduktor di China