Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Jauh sebelum Bumi berbentuk sekarang ini, lapisan es raksasa menyelimuti sebagian besar wilayah Amerika Utara, Eropa Utara, dan Asia. Masa ini disebut sebagai zaman es atau The Last Glacial Maximum. Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan air laut berusia 20.000 tahun. Penemuan ini akan sangat berguna untuk penelitian zaman es.
Dilansir dari Live Science, sampel air laut berusia 20.000 tahun ini ditemukan berasal dari formasi batuan kuno di Samudera Hindia.
Penemuan sampel air laut sendiri merupakan hal yang baru. Mengingat sebelumnya para ilmuwan hanya mendapat sampel dari fosil karang dan sedimen di dasar laut.
Sampel air laut berusia 20.000 tahun ini ditemukan dari pengeboran sedimen inti pada endapan batu kapur bawah laut yang membentuk Kepulauan Maladewa di Asia Selatan.
Baca Juga
Sedimen inti ini lalu dipotong membentuk tabung layaknya adonan kue, kemudian dimasukkan ke dalam pers hidrolik. Hasilnya, para ilmuwan berhasil memeras sisa kelebaban zaman es yang keluar dari pori-pori sedimen tersebut.
Hasil penelitian menemuakn bahwa komposisi sampel air tersebut sangat asin, berbeda asinnya dari air Samudera Hindia yang ditemukan.
Penelitian lalu dilakukan untuk menemukan elemen-elemen spesifik dan isotop yang membentuk air tersebut. Hasilnya jelas sangat mengejutkan, pasalnya air tersebut berbeda dari lautan modern yang ada saat ini.
Sampel air tersebut ternyata berasal dari suatu masa saat lautan lebih asin, lebih dingin, dan lebih diklorinasi. Kriteria ini membuat sampel air laut berusia 20.000 tahun ini sama dengan yang berada pada zaman es.
Tidak hanya itu, sampel air laut berusia 20.000 tahun ini menjelaskan bagaimana laut dulu bereaksi terhadap perubahan geofisika dari zaman es. Hal ini jelas menjelaskan mengenai zaman yang terus berubah.
Hingga kini, penelitian terkait air laut berusia 20.000 tahun masih terus dilakukan. Kita nantikan kabar dan penjelasan berikutnya mengenai penemuan air laut dari zaman es ini ya.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
-
Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Siapa Ibnu Al Haitam? Ternyata Kontribusinya di Bidang Optik Bikin Tercengang
-
Ilmuwan Ungkap bahwa Tikus di New York Mulai Bisa Terjangkit Covid
-
Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia
-
Ilmuwan Australia Hasilkan Listrik dari Udara, Ini Resep Rahasianya
-
Apakah Gempa Bisa Diprediksi? Ini Kata Ilmuwan Soal Potensi Gempa di Indonesia
-
Ilmuwan Temukan Koridor Misterius di Piramida Cheops Mesir