Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh ilmuwan, ribuan burung imut yang menempati pulau sekitar Samudra Pasifik utara mengalami kematian massal. Ilmuwan meyakini bahwa ini ada hubungannya dengan perubahan iklim.
Jika kamu menyukai animasi atau game anak-anak, kamu akan familiar dengan burung imut satu ini.
Karena sangat lucu dan imut, burung puffin sering dijadikan sebagai tokoh animasi yang menarik perhatian.
Meski mereka mempunyai pamor yang sangat tinggi di animasi, sepertinya burung puffin luput dari perhatian manusia di dunia nyata.
Baca Juga
Sebanyak 8.800 burung puffin jambul (tufted puffin) atau Fratercula cirrhata mengalami kematian massal.
Hal itu terjadi pada beberapa bulan menjelang akhir 2016.
Kesimpulan tersebut muncul setelah ilmuwan mengidentifikasi lebih dari 350 bangkai burung puffin yang tersapu pada pantai Pulau St. Paul di Samudra Pasifik utara.
Ilmuwan mengategorikan hal itu sebagai Kejadian Kematian Massal atau Mass Mortality Events (MME).
Penelitian mengenai kematian massal burung imut ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE padahari Rabu (29/05/2019).
Timothy Jones, ahli ekologi kelautan dari University of Washington menjelaskan bahwa kejadian tersebut ada hubungannya dengan perubahan iklim.
''Kejadian Kematian Massal (MME) meningkat terkait frekuensi dan besarannya, ini terkait dengan perubahan iklim yang sedang berlangsung,'' kata Timothy Jones dikutip dari Vice.
Sebagian besar burung puffin yang ditemukan mati diketahui dalam keadaan sangat kurus.
Puffin jambul adalah adalah pemburu berkemampuan khusus yang bisa menyelam dan berenang.
Mereka dapat menangkap ikan, cumi-cumi, dan udang.
Masalahnya, perubahan iklim membuat Laut Bering memanas dari tahun 2014 hingga 2016.
Populasi zooplankton turun signifikan sebagai respon terhadap suhu panas.
Itu menyebabkan ikan dan invertebrata juga mati atau memilih berpindah ke tempat lain.
Karena banyak ikan yang mati, puffin jambul kekurangan bahan makanan dan mereka akhirnya ikut mati.
Lebih parahnya lagi, kekurangan makanan bertepatan dengan periode molting.
Periode tersebut adalah waktu di mana burung melepaskan bulu terbangnya yang lama dan menggantinya menjadi bulu baru.
Berganti bulu membutuhkan lebih banyak energi, sehingga mereka juga membutuhkan makanan yang lebih banyak.
Ketika sumber makanan hilang, kematian massal burung imut seperti puffin akibat perubahan iklim menjadi tak terhindarkan.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Hari Bumi 2023, Google Doodle Ingatkan Perubahan Iklim
-
Bangun Infrastruktur Rendah Karbon, Huawei Masuk Daftar A CDP
-
BRIN: 2 Faktor Penyebab Cuaca Ekstrem Makin Sering di Indonesia
-
Ilmuwan Ungkap Pelelehan Es di Greenland Kian Cepat, Perubahan Iklim Bikin Khawatir
-
PBB Ungkap Potensi Mematikan dari Gelombang Panas yang akan Datang, Bikin Ngeri
-
Manfaatkan Teknologi, Fairatmos Sasar Demokratisasi Akses Pasar Karbon
-
Panas Ekstrem Diprediksi Bakal Terjadi 3 Kali Lebih Sering, Berbahaya?
-
BMKG: Suhu Perkotaan Indonesia Bakal Naik 3 Derajat Celcius pada Akhir Abad 21
-
Hadapi Perubahan Iklim, Maladewa Sampai Bangun Kota Terapung
-
Gegara Perubahan Iklim, Terpaksa Base Camp Gunung Everest Pindah