Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Pada tahun 2019, ilmuwan dibuat bekerja lebih keras karena terdapat fenomena tidak biasa dengan adanya banyak kematian paus abu-abu.
Peneliti yang tergabung dalam lembaga penelitian resmi Amerika Serikat, NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) kini juga harus memikirkan cara mengubur puluhan bangkai abu-abu tersebut.
Berdasarkan catatan penelitian, lebih dari 70 paus abu-abu terdampar di sepanjang garis pantai pada tahun 2019.
Organisasi lokal kewalahan untuk mengurus bangkai besar hewan raksasa tersebut.
Baca Juga
Paus abu-abu dapat tumbuh hingga 12 meter sehingga merupakan pekerjaan berat untuk menguburnya atau membiarkan mereka membusuk.
Tahun 2019 menjadi pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir jumlah kematian paus abu-abu mencapai puncaknya.
Kematian massal paus abu-abu pada tahun 2000 ada sebanyak 100 ekor.
Jumlah kematian paus di tahun 2019 bisa lebih banyak mengingat hingga akhir Mei 2019, jumlah paus yang ditemukan mati ada 73 ekor.
Saat ini, terdapat dua masalah yang harus dipecahkan ilmuwan.
Hal pertama adalah mencari tahu penyebab utama paus abu-abu mati dan yang kedua adalah mengurus puluhan bangkai paus abu-abu tersebut.
Dugaan sementara dari kematian paus abu-abu adalah mereka mati kelaparan karena tak adanya sumber makanan utama paus abu-abu, amphipod crustacea.
NOAA kini sudah menyatakan puluhan kasus kematian paus sebagai Unusual Mortality Event (UME) atau Kejadian Kematian yang Tidak Biasa.
Badan penelitian itu juga membuat peraturan baru untuk mengubur bangkai paus abu-abu.
Orang-orang yang memiliki properti tepi pantai bisa menjadi sukarelawan untuk mengurus bangkai paus.
Tanah mereka bisa dipinjam sementara sebagai tempat peristirahatan terakhir paus abu-abu.
"Dengan menjadi relawan sebuah situs, pemilik tanah dapat membantu mendukung proses alami lingkungan laut, dan kerangka yang ditinggalkan akan digunakan untuk tujuan pendidikan," kata perwakilan NOAA dikutip dari IFLScience.
Sukarelawan yang sudah mendaftar adalah sepasang suami istri bernama Stefanie Worwag dan Mario Rivera.
Mereka bersedia menjadikan properti tepi pantai mereka di Port Townsend, Washington, sebagai penelitian proses pembusukan paus.
Dengan menjadi sukarelawan, mereka juga akan diberi penghargaan karena ikut berkontribusi menjaga alam dengan ikut mengurusi peristirahatan terakhir paus abu-abu.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
-
Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
-
Nggak Nyangka, Ternyata Ini Alasan Kucing Suka sama Kardus
-
Peneliti Ungkap Rahasia untuk Berkomunikasi dengan Kucing, Ini Kuncinya
-
Anda Lebih Sering Digigit Nyamuk daripada Orang Lain? Ini Sebabnya
-
Microsoft Terbitkan Makalah Penelitan tentang AI, Mampu Ungguli Manusia?
-
Microsoft Mulai Tertarik ke Bisnis Energi, Nuklir Jadi Tujuan
-
Penelitian Ungkap Pria Lajang Berniat Gunakan ChatGPT untuk "Menipu" Calon Pasangan
-
Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?