Kamis, 25 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Selasa, 25 Juni 2019 | 13:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Pada tahun 2019, ilmuwan dibuat bekerja lebih keras karena terdapat fenomena tidak biasa dengan adanya banyak kematian paus abu-abu.

Peneliti yang tergabung dalam lembaga penelitian resmi Amerika Serikat, NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) kini juga harus memikirkan cara mengubur puluhan bangkai abu-abu tersebut.

Berdasarkan catatan penelitian, lebih dari 70 paus abu-abu terdampar di sepanjang garis pantai pada tahun 2019.

Organisasi lokal kewalahan untuk mengurus bangkai besar hewan raksasa tersebut.

Paus abu-abu dapat tumbuh hingga 12 meter sehingga merupakan pekerjaan berat untuk menguburnya atau membiarkan mereka membusuk.

Tahun 2019 menjadi pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir jumlah kematian paus abu-abu mencapai puncaknya.

Kematian massal paus abu-abu pada tahun 2000 ada sebanyak 100 ekor.

Ilustrasi paus abu-abu ketika bernafas di permukaan. (Wikipedia/ NOAA)

Jumlah kematian paus di tahun 2019 bisa lebih banyak mengingat hingga akhir Mei 2019, jumlah paus yang ditemukan mati ada 73 ekor.

Saat ini, terdapat dua masalah yang harus dipecahkan ilmuwan.

Hal pertama adalah mencari tahu penyebab utama paus abu-abu mati dan yang kedua adalah mengurus puluhan bangkai paus abu-abu tersebut.

Dugaan sementara dari kematian paus abu-abu adalah mereka mati kelaparan karena tak adanya sumber makanan utama paus abu-abu, amphipod crustacea.

Proses nekropsi paus untuk mengetahui penyebab kematiannya. (NOAA)

NOAA kini sudah menyatakan puluhan kasus kematian paus sebagai Unusual Mortality Event (UME) atau Kejadian Kematian yang Tidak Biasa.

Badan penelitian itu juga membuat peraturan baru untuk mengubur bangkai paus abu-abu.

Orang-orang yang memiliki properti tepi pantai bisa menjadi sukarelawan untuk mengurus bangkai paus.

Tanah mereka bisa dipinjam sementara sebagai tempat peristirahatan terakhir paus abu-abu.

Paus abu-abu yang mati akan dibiarkan membusuk secara alami di properti milik pribadi. (NOAA/ Mario Rivera)

"Dengan menjadi relawan sebuah situs, pemilik tanah dapat membantu mendukung proses alami lingkungan laut, dan kerangka yang ditinggalkan akan digunakan untuk tujuan pendidikan," kata perwakilan NOAA dikutip dari IFLScience.

Sukarelawan yang sudah mendaftar adalah sepasang suami istri bernama Stefanie Worwag dan Mario Rivera.

Mereka bersedia menjadikan properti tepi pantai mereka di Port Townsend, Washington, sebagai penelitian proses pembusukan paus.

Dengan menjadi sukarelawan, mereka juga akan diberi penghargaan karena ikut berkontribusi menjaga alam dengan ikut mengurusi peristirahatan terakhir paus abu-abu.

BACA SELANJUTNYA

Anda Lebih Sering Digigit Nyamuk daripada Orang Lain? Ini Sebabnya