Rabu, 27 Maret 2024
Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia : Jum'at, 19 Juli 2019 | 20:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Pantai selatan yang mencakup Pantai Parangtritis, Yogyakarta sudah lama menyimpan misteri dan disebut sebagai salah satu lokasi yang telan banyak korban. Kejadian ini terkadang dikaitkan dengan sosok Nyi Roro Kidul yang dikenal sebagai Ratu Pantai Selatan. Jika banyak mitos sepakat dengan hal tersebut, bagaimana hal ini dipandang secara ilmiah?

Menyimak berbagai laporan terkait Pantai Parangtritis tidak terlepas dari banyaknya korban sapuan ombak di pantai yang berada di Bantul, Yogyakarta ini.

Mengingat adanya larangan memakai baju hijau saat berkunjung ke Pantai Parangtritis, sering kali, laporan kehilangan ini dikaitkan dengan mitos Nyi Roro Kidul. Mitos tersebut menyebutkan jika siapa saja yang mengenakan baju hijau akan terseret ombak dan dibawa oleh Nyi Roro Kidul untuk menjadi pengikutnya.

Terlepas dari benar atau tidak, mitos ini sudah menyebar dan dipercaya oleh beberapa orang. Jika dilihat dari sisi lain, mitos ini rupanya dapat dijelaskan secara ilmiah.

Dilansir dari Jurnal Oseanografi tahun 2015 yang diterbitkan di E-Journal Universitas Diponegoro, maraknya kecelakaan hingga telan banyak korban di Pantai Parangtritis ini disebabkan oleh tarikan pergerakan massa air yang kembali ke laut. Arus ini dikenal sebagai Rip current.

Pantai Parangtritis. (HiTekno.com/Dinar Surya Oktarini)

Arus Rip current ini merupakan arus yang bergerak dari pantai menuju laut dan dapat terjadi setiap hari dengan kondisi bervariasi, mulai dari yang kecil, pelan, dan tidak berbahaya. Paling berbahaya, arus ini dapat menyeret orang ke tengah laut.

Rip current ini biasanya terkonsentrasi melewati jalur sempit atau rip chanel yang mengalir kuat ke arah laut dari zona hempasan. Kemudian melintasi gelombang pecah hingga masuk ke laut lepas pantai.

Di sepanjang pantai selatan yang terdapat di tiga kabupaten Yogyakarta, antara lain Kabupaten Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul, fenomena Rip current dibagi ke dalam empat segmen. Pantai Parangtritis masuk ke dalam segmen 2 dengan bentuk pantai lurus.

Mengutip Jurnal Oseanografi, Pantai Parangtritis menempati urutan kedua dengan kecepatan dan arah Rip current yang paling besar yaitu mencapai angka 225, tepat dibawah Pantai Wediombo.

Ilustrasi arus Rip Current di Pantai Parangtritis. (HiTekno.com/Iqbal Arif)

Setelah dilakukan analisa korelasi, lokasi kemunculan Rip current diketahui paling dominan terjadi pada pantai yang berada di segmen 2 antara lain termasuk Pantai Parangtritis. Pasalnya, Rip current yang terjadi di segmen 2 berasosiasi dengan beach cups atau migratory rip.

Migratory rip sendiri merupakan proses erasional yang menimbulkan arus yang berasosiasi dengan gelombang lebih dari 1,5 meter dan terjadi di pantai yang tererosi dan bergelombang tinggi.

Secara sederhana, jika kamu ingin mengetahui apakah pantai yang kamu kunjungi memiliki Rip current atau tidak, kamu perlu membiarkan sebuah botol terapung. Saat tersapu ombak, jika botol tersebut bergerak ke arah bibir pantai, maka lokasi tersebut tidak memiliki Rip current. Namun, jika botol tersebut mengarah mengikuti arus, dapat dipastikan jika lokasi tersebut terdapat Rip current.

Jika dijelaskan secara ilmiah mengenai bagaimana Pantai Parangtritis disebut sering menelan korban, dapat dipastikan jika bukan karena Nyi Roro Kidul, melainkan karena adanya Rip current.

BACA SELANJUTNYA

Viral Pelaku Klitih Bawa Celurit Berkeliaran di Jalan, Langsung Ditabrak Mobil