Jum'at, 29 Maret 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Rabu, 31 Juli 2019 | 19:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Netizen dikagetkan dengan kabar viral seorang polisi yang meninggal karena dipatuk oleh ular berbisa. Setelah ditelusuri, hewan yang mematuk seorang polisi tersebut merupakan ular berjenis death adder.

Sebelumnya, Bripka Desri Sahrondi diketahui menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Caritas Timika, Kabupaten Mimika, Papua sekitar pukul 09.00 WIT pada hari Senin (29/7/2019).

Polisi tersebut diketahui tergabung dalam pengamanan obyek vital nasional PT. Freeport Indonesia.

Berdasarkan informasi yang beredar, Bripka Desri saat itu sedang menunggu rekan-rekannya yang sedang mandi di Kali Iwaka, Timika.

Ia duduk di atas batang kayu yang sudah ditebang dengan posisi tangan kanannya menyandar batang pohon tersebut.

Kabar viral yang menyatakan Bripka Desri Sahrondi meninggal karena dipatuk ular death adder. (Facebook/ Tom)

Nahas, tiba-tiba seekor hewan yang mirip ular derik muncul dari balik batang kayu dan menggigit tangan kanan Bripka Desri.

Ia masih sempat refleks memegang ular dan memasukkan hewan berbisa itu ke dalam botol.

Bripka Desri sempat dilarikan ke Klinik Kuala Kencana dengan kondisi tak sadarkan diri.

Makin memburuk dan sempat tak bernafas, Bripka Desri akhirnya dirujuk ke RSMM Caritas Timika.

Kabar viral yang menyatakan Bripka Desri Sahrondi meninggal karena dipatuk ular death adder. (Facebook/ Tom)

Sayangnya, polisi tersebut tak terselamatkan mengingat batang otaknya mengalami kelumpuhan.

Sebelumnya, banyak orang mengira bahwa Bripka Desri meninggal karena digigit ular derik.

Namun setelah ditelusuri, ular yang menggigit Bripka Desri tersebut merupakan ular berjenis death adder atau dikenal juga sebagai Acanthophis (pemanggilan berdasarkan genus ular).

Death adder ternyata diklasifikasikan oleh ilmuwan sebagai salah satu ular paling berbisa di dunia.

Acanthopis atau death adder berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu akanthos (tulang belakang) dan ophis (ular).

Ular death adder yang membunuh seorang polisi di Timika, Papua. (Facebook/ Tom)

Julukan tersebut diberikan mengingat bagian ekornya yang mirip dengan ruas tulang belakang manusia.

Jika dilihat dari bentuk badannya, maka ular ini terlihat seperti ular derik (rattlesnake) namun terlihat lebih cembung dan pendek.

Dilihat dari kepalanya, death adder mempunyai kepala dengan bentuk cenderung segitiga, mirip dengan ular viper.

Dikutip dari Wikipedia, death adder memiliki kisaran 7 hingga 9 spesies yang tersebar di Australia, Papua Nugini, dan daerah sekitarnya.

Gigitan dari death adder dapat menyebabkan kelumpuhan yang nampak dalam skala kecil pada awalnya.

Death adder dari Australia. (Wikipedia/ Figaro)

Namun setelah itu, korban dapat kehilangan kemampuan atau sulit bernafas selama enam jam.

Gejala envenomation dapat dibalikkan menggunakan antivenom death adder.

Sebelum antivenom diperkenalkan, dilaporkan bahwa sekitar 50 persen kasus dari gigitan berakibat fatal.

Sebenarnya, saat ini kematian jauh lebih jarang dalam kasus gigitan death adder sejak antivenom dikenalkan.

Namun ketika antivenom terlambat diberikan, maka efek racun cepat menyebar mengingat ular death adder merupakan kerabat dekat dari ular kobra dan ular karang.

BACA SELANJUTNYA

NASA Siap Kirim Robot Ular untuk Selidiki Adanya Kehidupan di Satelit Saturnus