Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Setelah menghabiskan penelitian selama empat tahun, ilmuwan NASA yang tergabung dalam tim khusus MMS (Magnetospheric Multiscale Mission) berhasil menemukan pengukuran gelombang goncangan (shock) antarplanet.
Sebelumnya, wahana antariksa lain tidak mempunyai parameter pengukuran yang dapat mendeteksi gelombang guncangan antarplanet.
MMS melakukan pengukuran resolusi tinggi pertama dari guncangan antarplanet.
Penelitian ini sangat penting mengingat fenomena mengenai gelombang guncangan antarplanet hampir ditemukan di seluruh luar angkasa.
Baca Juga
Supernova, lubang hitam dan bintang jatuh, semuanya terpengaruh dengan gelombang guncangan antarplanet.
Namun sebelum ini, ilmuwan masih belum mengetahui secara presisi bagaimana mengukur gelombang tersebut.
Guncangan antarplanet (interplanetary shocks) adalah sejenis kejutan tanpa benturan, yang mana partikel mentransfer energi melalui medan elektomagnetik, alih-alih secara langsung memantul antara satu sama lain.
MMS mempelajari guncangan tanba benturan di sekitar Bumi untuk mendapatkan pemahaman tentang guncangan di seluruh alam semesta.
Guncangan antarplanet dimulai dari Matahari, yang terus menerus melepaskan aliran partikel bermuatan yang disebut angin Matahari.
Dikutip dari situs resmi NASA, angin Matahari biasanya datang dalam dua jenis yaitu aliran lambat dan aliran cepat.
Ketika aliran cepat angin Matahari menyalip aliran yang lebih lambat, maka itu menciptakan gelombang kejut.
Secara sederhana, itu seperti perahu yang bergerak melalui sungai dan menciptakan riak gelombang.
Guncangan gelombang itu kemudian menyebar ke seluruh Tata Surya.
Pada 8 Januari 2018, MMS berada di tempat yang tepat untuk melihat satu goncangan antarplanet ketika hal tersebut terjadi.
Menggunakan pemetaan ruang 3D dan pengolahan data, ilmuwan akhirnya bisa mengukur dan mendeteksi gelombang guncangan.
Penelitian ilmuwan NASA mengenai guncangan antarplanet ini telah diterbitkan di Journal of Geophysical Research.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
UAE Siap Mengembangkan Pesawat Luar Angkasa untuk Menjelajahi Sabuk Asteroid Mars
-
Ilmuwan Ungkap Planet Berkabut, Wujud Mirip Neptunus
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
One Punch Man: Apakah Saitama Bisa bernafas di Luar Angkasa?
-
Kenapa Bintang Digambarkan dengan Lima Sudut, Padahal Aslinya Bulat
-
Misi Penerbangan Luar Angkasa, Kru Polaris Dawn Gunakan Smartwatch Canggih Ini
-
12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
-
Sebuah Komet Hijau Mendekati Bumi, Lintasannya Bisa Terlihat?