Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Pada Rabu pagi (14/8/2019) lalu, warga Yogyakarta dikejutkan dengan kabut tebal yang menyelimuti sebagian wilayah kota pelajar ini. Sempat buat bertanya-tanya, akhirnya BMKG rilis pernyataan resmi terkait hal ini yang ternyata disebabkan oleh kabut radiasi.
Beberapa netizen melalui media sosial, khususnya Twitter sempat mengira jika kabut tebal ini terjadi karena hujan abu di sekitar wilayah tersebut.
Dugaan ini terasa benar mengingat pada Rabu (14/8/2019) Gunung Merapi mengeluarkan awan panas yang mengarah ke hulu kali Gendol.
Tidak tinggal diam, BMKG akhirnya memberikan penjelasan resminya terkait hal ini.
Baca Juga
Dengan tegas, BMKG menyebutkan bahwa kabut tebal yang terjadi ini sama sekali tidak berkaitan dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, alias hal ini terjadi bukan karena hujan abu.
Melalui penjelasan resminya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ini menyebut bahwa kabut tebal ini adalah kabut radiasi yang terbentuk pada malam hari saat terjadi pendinginan di permukaan Bumi.
Pendinginan di permukaan Bumi ini terjadi akibat adanya pelepasan radiasi gelombang panjang ke atmosfer. Kabut tebal ini biasanya terjadi saat cuaca cerah.
Suhu udara permukaan biasanya akan sangat dingin dan membuat uap air di bagian atas mengalami pendinginan di bawah titik beku, akhirnya terbentuknya kabut pada malam hingga pagi hari.
Menjamin bahwa kabut tebal ini tidak akan berlangsung lama, BMKG menjelaskan bahwa hal ini akan perlahan hilang seiring terjadinya pemanasan di permukaan Bumi yang berasal dari penyinaran Matahari.
Lebih lanjut, BMKG menyebut bahwa kabut tebal akibat kabut radiasi ini sudah terjadi selama 2 hari dan sangat wajar jika hal ini terjadi di musim kemarau.
Kabut radiasi ini sama sekali tidak berdampak buruk bagi kesehatan. Namun perlu selalu berhati-hati karena jarak pandangan yang pendek akibat kabut tebal.
Penjelasan dari BMKG ini sudah cukup menjawab penasaran mengenai wilayah Yogyakarta yang diselimuti kabut tebal?
Terkini
- Koordinasi BMKG dan Provinsi Riau, Antisipasi Dini Karhutla saat Kemarau
- Picu Kontroversi dan Lagi Ramai Dibicarakan, Apa Itu HAARP?
- Ilmuwan Temukan Microplastik di Pembuluh Darah Manusia, Miris
- Balon Cuaca China Ditembak Amerika Serikat, Tensi Memanas
- Jumlah Korban Tewas Gempa Turki Meningkat, Capai Ribuan Dalam Sehari
- Gempa M 5,2 Guncang Banten, Begini Penjelasan dari BMKG
- BRIN: Riset Alat Pendeteksi Tsunami InaBuoy Tidak Dihentikan
- 4 Pantangan ketika Terjadi Gempa: Jangan Lakukan Hal-hal Ini
- 4 Sebab Gempa Bumi dan Tindakan Awal yang Harus Dilakukan Saat Terjadi
- Ilmuwan Ungkap Sifat Aneh Air di Luar Angkasa, Wujudnya Beda dengan di Bumi
Berita Terkait
-
Koordinasi BMKG dan Provinsi Riau, Antisipasi Dini Karhutla saat Kemarau
-
Gempa M 5,2 Guncang Banten, Begini Penjelasan dari BMKG
-
Tak Berpotensi Tsunami, Ini Penjelasan BMKG soal Gempa Gorontalo M 6,3
-
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat pada Malam Tahun Baru 2023
-
Klarifikasi BRIN Soal Badai Dahsyat: Itu Pendapat Personal, Kami Mengacu BMKG
-
BMKG: Hujan Ekstrem Diperkirakan Guyur Jakarta 30 dan 31 Desember 2022
-
Potensi Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Lakukan 7 Persiapan Ini
-
Terdapat Potensi Banjir Rob di 21 Wilayah Indonesia, BMKG Minta Masyarakat Waspada
-
Ada Badai Dahsyat 28 Desember? BMKG: Peluang Kecil Badai Terjadi, Tetap Waspada
-
BMKG: Cuaca Ekstrem yang Melanda Jabodetabek Hari Ini Bukan Badai