Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Ilmuwan sekaligus ahli konservasi menyatakan bahwa manusia mempunyai kesempatan terakhir untuk menyelamatkan "badak bawah laut". Salah satu spesies hiu yang mendapatkan julukan "rhino rays" atau "pari badak bawah laut" berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan.
Wildlife Conservation Society menyatakan bahwa sekitar 100 juta hiu telah dibunuh setiap tahun untuk diambil sirip dan dagingnya.
Pembantaian di atas termasuk hiu mako dan pari badak bawah laut yang sebelumnya sudah terbatas keberadaannya.
Wedgefish dan guitarfish secara kolektif dikenal sebagai pari badak bawah laut, karena terkenal memiliki moncong yang memanjang.
Baca Juga
IUCN Redlist bahkan sudah memasukkan giant guitarfish atau Rhynchobatus djiddensis dalam klasifikasi Critically Endangered atau hewan yang Terancam Punah.
Luke Warwick, perwakilan dari Wildlife Conservation Society menyatakan bahwa sekarang adalah kesempatan terakhir manusia untuk menyelamatkan hewan tersebut.
"Dengan penelitian baru yang dikumpulkan sebulan yang lalu, pada wedgefish dan guitarfish, jelas ini adalah kesempatan terakhir bagi mereka," kata Luke Warwick dikutip dari BBC News.
Sirip pari badak bawah laut bernilai hingga 1.000 dolar AS atau Rp 14,1 juta per kilonya.
Itu menjadikan mereka masuk sebagai salah satu spesies paling bernilai dalam perdagangan sirip hiu.
Seekor Rhynchobatus djiddensis dapat mencapai panjang hingga 3,1 meter dengan berat 227 kilogram.
Mereka dapat ditemukan di Laut Merah dan Teluk Persia, dan Samudra Hindia bagian barat.
Sementara spesies wedgefish kebanyakan dapat ditemukan di wilayah Indo-Pasifik.
Hewan yang terancam punah kedua sebagai akibat dari masifnya pembantaian hiu, adalah spesies hiu mako.
Mereka dikenal sebagai hiu tercepat di dunia dengan kecepatan lesatan hingga 68 kilometer per jam.
Hiu mako dan hiu pari badak bawah laut adalah hewan favorit bagi pemburu hiu ilegal karena daging dan sirip mereka sangat mahal.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Tips Beli Kambing untuk Kurban Online Lewat Ecommerce Biar Nggak Kena Tipu
-
Deretan Penyakit yang Rentan Menyerang Hewan Kurban, Wajib Diwaspadai
-
Banyak Menjangkit Hewan Kurban, Apa Itu Lumpy Skin Disease?
-
Duh Anjing Ini Bisa-bisanya Kecanduan Alkohol, Dokter Hewan pun Sampai Turun Tangan
-
Amerika Serikat Hadapi Invasi Babi Super, Bikin Pemburu Keteteran
-
Seabrek Fakta Sains tentang Capybara: Doyan Makan Tebu, Bisa Kena Rabies dan TBC
-
Dikenal Santuy, Capybara Ternyata Punya Banyak Musuh Alami: Ini Sederet Fakta Uniknya
-
Apa Makanan Buaya? Hewan Purba yang Bisa Telan 3 Kg Daging Per Hari
-
5 Fakta Menarik Buaya, Bisa Makan Tanpa Mengunyah Padahal Giginya Kuat
-
Pergi ke Pantai, Bocah Cilik Ini Temukan Gigi Raksasa Megalodon