Selasa, 23 April 2024
Dinar Surya Oktarini : Selasa, 27 Agustus 2019 | 12:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Salah satu alasan Presiden Joko Widodo memutuskan Ibu Kota pindah ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan timur adalah memiliki risiko bencana yang sangat minim.

Bencana alam yang dimaksud adalah banjir, tsunami, kebakaran hutan hingga gempa bumi.

Bekaitan dengan pembahasan gempa bumi di Kalimantan Timur, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan adanya tiga sesar gempa di Kalimantan Timur.

Tiga sesar sumber gempa tersebut adalah Sesar Maratua, Mangkalihat, dan Sesar Paternoster.

Sesar Maratua dan Sesara Mangkalihat berada di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur dan masih aktif.

Menurut BMKG, aktivitas kegempaanya masih cukup tinggi dan membentuk klaster sebaran pusat gempa ke barat dan timur.

Ilustrasi gempa. (pixabay/Angelo_Giordano)

Sedangkan, Sesar Mangkalihat memiliki potensi magnitudo mencapai 7,0, yang berarti intesitas atau guncangan gempanya berskala VI-VII MMI.

Selain itu, sesar Paternoster jalurnya berarah ke barat-timur melintasi wilayah Kabpuaten Penajam Paser. Sesar ini termasuk kategori dalam sesar berusia tersier.

BMKG mencatat di jalur sesar ini masih sering terjadinya gempa. Terbaru gempa tektonik adalah Gempa Longkali, Paser, pada 19 Mei 2019 lalu.

Gempa tersebut memicu aktivitas sesar aktif, sehingga meskipun magnitudonya tidak besar tetapi bisa merusak bangunan jika tidak diantisipasi.

Adanya potensi gempa bumi di Ibu Kota Negara yang baru di Kalimantan Timur ini harus diantisipasi dengan membangun bangunan pemerintah anti gempa bumi, karena ancaman adanya bencana gempa bumi tetap ada.

BACA SELANJUTNYA

Info Gempa Bumi Terkini, Malam Ini, Magnitudo 6,1, Lokasi Barat Daya Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami