Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Kita tahu di kutub selatan Bumi terdapat es, namun bagaimana di Bulan? Ternyata ada juga. Belum lama ini ilmuwan dikagetkan dengan penemuan es di kutub selatan Bulan.
Bagaimana caranya ilmuwan menemukan es di kutub selatan Bulan tanpa harus ke sana? Ternyata memakai data pemantauan milik NASA.
Dengan menggunakan data dari Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA, para ilmuwan kemudian mempelajari endapan es di sekitar kutub selatan Bulan.
Sebagian besar endapan es tersebut berusia miliaran tahun, tetapi menariknya, beberapa di antaranya berusia lebih muda. Sebagian besar endapan es tersebut berusia tidak lebih dari 3,1 miliar tahun.
Baca Juga
Sementara itu, endapan es yang berusia lebih mudah ditemukan di kawah Bulan yang tampaknya memiliki tepi yang lebih tajam dan tidak tererosi oleh mikrometeorit selama berabad-abad.
"Hal itu mengejutkan. Belum pernah ada pengamatan es di wilayah dingin yang berusia lebih muda sebelumnya," ucap Ariel Deutsch, seorang mahasiswa pascasarjana di Department of Earth, environmental and planetary sciences, Brown University.
Jika endapan es dengan berbagai usia ditemukan di Bulan, hal tersebut bisa berarti bahwa es di Bulan berasal dari sumber yang berbeda.
Es dengan usia yang lebih tua kemungkinan muncul dari tabrakan komet dan asteroid di permukaan Bulan atau aktivitas vulkanik. Sementara es yang berusia lebih muda kemungkinan dibawa ke permukaan Bulan oleh angin Matahari.
Dilansir dari Space.com, dengan adanya rencana NASA yang akan mengirim astronot ke Bulan pada tahun 2024 mendatang, para ilmuwan berharap dapat meneliti endapan es tersebut lebih lanjut.
Usia dari endapan es ini berpotensi memberi tahu sesuatu tentang asal usul es yang akan membantu para ilmuwan dalam memahami sumber dan distribusi air di tata surya bagian dalam.
Itulah penemuan es di kutub selatan Bulan yang bikin ilmuwan kaget. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Kapan Gerhana Bulan Penumbra Terjadi Mei 2023, Terlihat dari Indonesia?
-
Apa Itu Gerhana Bulan Penumbra, Kapan Terjadi Tahun 2023 Ini?
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Hyundai Siap Luncurkan Kendaraan Penjelajah Bulan di 2027
-
Realme 11 Pro Plus akan Hadir dengan Mode Pemotretan Bulan?
-
NASA Siap Kirim Robot Ular untuk Selidiki Adanya Kehidupan di Satelit Saturnus
-
Apa Perbedaan Gerhana Matahari Biasa dan Hibrida?