Kamis, 25 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Minggu, 19 Januari 2020 | 15:45 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Sebuah penlitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di sekitar Pasifik Utara menghasilkan sebuah kesimpulan yang mengagetkan. Sesuatu yang disebut dengan "The Blob", mengakibatkan satu juta burung laut mati.

Istilah The Blob diambil dari sebuah judul film fiksi ilmiah dengan nama yang sama.

Film The Blob (1988) menceritakan mengenai gumpalan yang yang dibentuk oleh alien di mana gumpalan tersebut bisa memakan manusia dan makhluk sekitarnya.

The Blob yang dimaksud oleh ilmuwan di sini bukan dibentuk oleh alien, melainkan kondisi alam di mana gelombang panas bisa tercipta.

Ilmuwan menemukan bahwa gelombang panas di Pasifik Utara membuat lebih dari satu juta burung laut ditemukan mati di pesisir Amerika Utara.

Burung murre Pasifik Utara. (Wikipedia/ Andreas Trepte)

Sebagian besar burung laut yang mati merupakan common murre atau guillemot (Uria aalge), seekor burung auk besar mirip penguin yang tinggal di Pasifik Utara.

John Piatt seorang ilmuwan dan ahli biologi dari Alaska Science Center menjelaskan bahwa kasus kematian ini merupakan kasus kematian terbesar di lautan mana pun.

"Kematian umum yang terjadi pada musim gugur atau musim dingin 2015-2016 adalah kematian burung laut dalam skala terbesar yang pernah diamati pada lautan mana pun di dunia," kata John Piatt, dikutip dari IFLScience.

Penelitian mereka bersama dengan ilmuwan dari Coastal Observation and Seabird Survey Team (COASST) telah diterbitkan di jurnal PLOS One pada pekan ini.

Gelombang panas yang disebut The Blob diyakini oleh ilmuwan sebagai dampak pemanasan global dan perubahan iklim.

Peta di mana burung murre ditemukan mati. (Jurnal PLOS Ones)

Antara tahun 2015 hingga 2016, gumpalan atau The Blob air laut seukuran Alaska terdeteksi di Samudera Pasifik, tak jauh dari Pantai Barat Amerika Serikat.

Gelombang panas air laut terdeteksi dimulai pada tahun 2013 dan berkembang semakin parah pada musim panas 2015.

Selama periode ini, air laut mengalami lonjakan suhu yang bisa 3 hingga 6 derajat Celcius lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata.

Gelombang panas meningkatkan metabolisme organisme berdarah dingin seperti zooplankton hingga ikan predator lebih besar seperti salmon dan pollock.

Efek domino gelombang panas yang membuat burung laut mati. (Jurnal PLOS One)

Karena ikan predator perlu memakan lebih banyak dari biasanya, maka burung laut mulai kalah bersaing sehingga mereka kekurangan pasokan ikan kecil untuk dimakan.

Sangat memilukan, gelombang panas membuat mereka menderita kelaparan tingkat akut di mana hewan akan mati secara perlahan.

Sampel penelitian hanya berada pada rentang 2015 hingga 2016 saja, namun data yang ada bisa lebih tinggi jika ilmuwan menghitung efek gelombang panas hingga tahun 2019.

Penemuan kematian satu juta burung laut oleh ilmuwan sangat mengagetkan karena itu membuat ekosistem di laut bisa terganggu bahkan hancur.

BACA SELANJUTNYA

Duh Anjing Ini Bisa-bisanya Kecanduan Alkohol, Dokter Hewan pun Sampai Turun Tangan