Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Virus corona yang merebak di Wuhan, China makin mengkhawatirkan banyak pihak. Hingga Selasa (28/1/2020) ini, kasus virus corona Wuhan semakin bertambah.
Tercatat sudah ada 106 kasus meninggal dan lebih dari 4000 kasus virus corona yang tengah ditangani di seluruh dunia.
Terkait hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui kesalahannya dalam menilai risiko virus bernama 2019-nCoV ini pada Senin (27/1/2020) kemarin.
Badan PBB yang berbasis di Jenewa ini mengatakan dalam sebuah laporan situasi pada Minggu (26/1/2020) malam, bahwa risikonya menjadi "sangat tinggi di China, tinggi di tingkat regional, dan tinggi di tingkat global".
Baca Juga
-
CEK FAKTA: Beredar di WA, Benarkah Virus Corona Sampai RSUP Dr Sardjito?
-
Pasien Pengidap Virus Corona Dibikin Bercandaan di TikTok, Auto Dikecam!
-
Teknologi AI Sudah Prediksi Virus Corona Jauh Sebelum Manusia
-
CEK FAKTA: Benarkah Virus Corona Disebar Lewat Smartphone Xiaomi?
-
Bantu Tangani Virus Corona di China, Xiaomi Sumbang Dana Rp 587 Juta
Dalam catatan kaki, WHO menjelaskan telah menyatakan adanya kesalahan dalam laporan sebelumnya pada Kamis, Jumat dan Sabtu bahwa risiko global (saat itu) masih dalam tingkat "sedang".
Namun, dilansir Channel News Asia, koreksi penilaian ini bukan berarti WHO telah menetapkan wabah virus corona Wuhan ini sebagai kondisi darurat kesehatan internasional.
Pada Kamis, WHO jelas berhenti mengumumkan virus corona sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional karena deklarasi langka ini hanya diperuntukkan bagi wabah terburuk di dunia yang akan memicu aksi global bersama.
"Ini adalah keadaan darurat di China tetapi belum menjadi keadaan darurat kesehatan global. Mungkin belum," kata kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Penilaian risiko WHO artinya bahwa wabah adalah risiko yang sangat tinggi di China, risiko tinggi secara regional dan global. Kategorisasi ini adalah evaluasi risiko global, yang mencakup tingkat keparahan, penyebaran dan kapasitas untuk mengatasinya," tulis WHO.
Sebenarnya, ini bukan pertama kali WHO dikritik saat menangani wabah seperti virus corona ini.
Sebelumnya, pada 2014, WHO pernah mendapat kecaman karena menurunkan tingkat keparahan epidemi Ebola yang merenggut lebih dari 11.300 jiwa di tiga negara Afrika Barat.
Itulah pengakuan WHO yang minta maaf setelah salah menilai risiko virus corona di Wuhan, China. (Suara.com/ Rosiana Chozanah).
Terkini
- Saham Pfizer Anjlok Seiring Menurunnya Permintaan Obat Covid
- Kebakaran Hutan Hebat Melanda Chili, Ratusan Alami Luka
- Perusahaan Ini Kembangkan Implan Chip untuk Otak, Bisa Bantu Penderita Penyakit Neurologis
- 12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
- Susul Belanda dan Jepang, India Ikut Kubu AS dalam Perang Teknologi Lawan China
- Wajib Tahu, Ini Efek Buruk Limbah Baterai Elektronik dan Kendaraan Listrik bagi Lingkungan
- Komet Langka Besok Melintasi Langit Indonesia, Terlihat 50.000 Tahun Sekali
- 6 Fakta Menarik Lato-Lato, Sejak Kapan Ada dan dari Mana Asalnya?
- 10 Fakta Menarik Peta Dunia yang Tak Banyak Orang Ketahui
- 5 Fakta Menarik The Last Of Us, Adaptasi Game Jadi Serial HBO
Berita Terkait
-
IMF: Sanksi Penjualan Chip ke China Bisa Berdampak Buruk untuk Ekonomi Global
-
Ditekan AS, Penjualan Chip Korea Selatan ke China Anjlok 50 Persen pada Januari 2023
-
China Larang Mahasiswa Kuliah Online dengan Universitas Asing
-
Susul Belanda dan Jepang, India Ikut Kubu AS dalam Perang Teknologi Lawan China
-
Sanksi Huawei Diperberat Barat, China Pasang Badan
-
Memanas, Jepang dan Belanda akan Ikut di Perang Semikonduktor Melawan China
-
Pakar Ungkap Tekanan Barat ke China Soal Semikonduktor Bisa Jadi Bumerang
-
25 Persen iPhone akan Made in India di 2025
-
2027 Produksi iPhone 50 Persen Dilakukan di India, Apple Tinggalkan China secara Perlahan?
-
Jess No Limit dan Sisca Kohl Makan Hidangan China Seharga Rp 3 Jutaan, Netizen Ngaku Minder