Sabtu, 20 April 2024
Agung Pratnyawan : Kamis, 06 Februari 2020 | 06:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Masih banyak misteri di luar angkasa yang belum terpecahkan. Termasuk penemuan bintang baru yang sebelumnya tak pernah terlihat.

Misi Gaia milik Badan Antariksa Eropa (ESA), baru-baru ini memberikan wawasan baru mengenai bintang-bintang yang tidak bisa dilihat manusia.

Gaia telah melihat bintang sejauh 49 ribu tahun cahaya yang tiba-tiba cerah dan meredup. Kemudian setelah beberapa minggu, bintang tersebut menjadi cerah dan redup kembali.

Peristiwa yang dikenal sebagai Gaia16aye benar-benar sesuatu yang aneh bagi para astronom. Peredupan terjadi dalam satu hari dan perilaku bintang itu baru pertama kali dilihat.

Menariknya, bintang itu tidak melakukan apa-apa. Perubahan kecerahan disebabkan oleh dua bintang lain yang terletak lebih dekat ke Bumi, sekitar 2.500 tahun cahaya.

Ilustrasi taburan bintang di langit. [Shutterstock]

Bintang ini terlalu redup untuk terlihat tetapi gravitasinya bertindak sebagai lensa yang dapat mengubah kecerahan objek yang lebih jauh.

Fenomena yang dikenal sebagai microlensing ini sering digunakan dalam astronomi untuk mempelajari benda-benda tak terlihat, seperti materi gelap atau lubang hitam. Ini merupakan peristiwa microlensing kedua yang terdeteksi oleh Gaia.

"Dalam hal ini, kecerahan bintang tidak hanya menurun tajam, tetapi setelah beberapa minggu, kami melihatnya kembali cerah dan itu sangat tidak biasa. Selama 500 hari pengamatan, kami telah melihatnya cerah dan redup sebanyak lima kali," ucap Lukasz Wyrzykowski dari Observatorium Astronomi di Universitas Warsawa, Polandia.

Dilansir dari IFL Science, rupanya microlensing itu tidak hanya dilakukan oleh satu bintang, melainkan dua.

Tim astronom mengumpulkan informasi dan mengungkap bahwa kedua bintang itu adalah kerdil merah dengan massa 0,57 dan 0,36 kali massa Matahari.

Teleskop Gaia. [Wikipedia]

Jarak keduanya sekitar dua kali jarak antara Bumi dan Matahari. Tak hanya itu, keduanya pun mengorbit dalam 2,88 tahun.

Penelitian ini dapat dilakukan berkat pengamatan lanjutan dari 50 observatorium berbeda di seluruh dunia yang memungkinkan pemantauan secara terus-menerus atas penemuan baru ini. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

BACA SELANJUTNYA

Apakah Pluto Termasuk Planet atau Tidak? Jadi Perdebatan Astronom dan Ilmuwan