Jum'at, 29 Maret 2024
Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia : Rabu, 26 Februari 2020 | 09:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Sebuah bangkai burung yang masih utuh belum lama ini ditemukan. Sekilas, bangkai ini nampak berasal dari seekor burung yang baru saja mati. Siapa sangka jika umur bangkai burung ini sudah mencapai 46.000 tahun.

Bangkai burung ini pertama kali ditemukan oleh pencari fosil gading lokal. Saat ditemukan, bangkai tersebut terkubur dan membeku di permafrost yang berada di daerah pedesaan Belaya Gora dekat timur laut Siberia.

Mengutip NY Post, usai ditemukan, bangkai burung tersebut lalu diteliti oleh tim ilmuwan dari Museum of Natural History Swedia yang dikepalai oleh Nicolas Dussex dan Love Dalén.

Berdasarkan hasil penelitian dengan penanggalan radiokarbon, terungkap bahwa burung ini diperkirakan telah hidup pada 46.000 tahun yang lalu.

Uniknya, ada 50 mg jaringan burung yang masih utuh dan dapat digunakan untuk ekstraksi DNA dan genome sequencing. Hasilnya, terungkap bahwa burung tersebut masuk dalam spesies horned lark.

Ilustrasi fosil. (pixabay/Public Domain Pictures)

Secara garis keturunan, burung ini merupakan nenek moyang dari dua sub spesies lark yang hidup di utara Russia dan di Stepa Mongolia.

Penyebab bangkai burung ini begitu utuh walaupun telah tewas berpuluh-puluh tahun yang lalu adalah karena permafrost. Lebih sederhananya, hewan ini mengalami pengawetan alami dari alam.

Penemuan ini mengungkap fakta bahwa spesimen yang kecil dan rapuh seperti endapan lumpur dapat membuat bangkai burung menjadi sangat awet.

Lebih lanjut, penelitian ini akan terus dilakukan untuk mengungkap banyak informasi mengenai perilaku hewan tersebut hingga perubahan iklim yang terjadi di masanya.

Selain itu, para ilmuwan juga dapat mengungkap evolusi fauna di zaman es dan memahami respon-respon lainnya dari bangkai burung utuh yang ternyata sudah berumur 46.000 tahun ini.

BACA SELANJUTNYA

Mulai Telan Korban, WHO Waspadai Flu Burung di Kamboja