Sabtu, 20 April 2024
Agung Pratnyawan : Selasa, 03 Maret 2020 | 06:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Sempat ramai foto-foto salju Antarktika yang berwarna merah darah. Saking menyeramkannya, disebut sebgai salju darah kutub selatan.

Sebagian salju di wilayah Antarktika mengalami fenomena tak lazim karena warnanya berubah menjadi merah darah.

Dipandang sekilas, mirip strawberry sorbet atau es krim strobei. Namun, di balik pemandangan unik ini, fenomena salju merah ternyata menyimpan bahaya tersendiri.

Ada pula yang merasa seram hingga menyebutnya sebagai salju darah Antarktika yang menarik perhatian ilmuwan.

Sebelumnya, ilmuwan yang bermarkas di stasiun riset milik Ukraina, Vernadsky Research Base, dikelilingi salju semacam itu. Penyebabnya berasal dari sejenis ganggang dengan pigmen merah bernama Chlamydomonas nivalis.

Ketika musim dingin melanda Antarktika, ganggang tadi mampu bertahan hidup. Tumbuhan yang hidup di berbagai area dingin ini tertimbun jauh di bawah lapisan salju sehingga wujudnya tak terlihat.

Namun memasuki musim semi hingga musim panas yang ditandai dengan peningkatan suhu sehingga lebih hangat, tumpukan salju mulai menipis, sehingga ganggang merah muncul ke permukaan.

Penampakan fenomena es merah darah [Andrey Zotov/National Antarctic Scientific Centre of Ukraine/Ministry of Education and Science of Ukraine].

Warna merah ganggang ini diketahui berasal dari karotenoid di kloroplas ganggang. Pigmen itu berperan untuk menyerap panas dan melindungi mereka dari sinar ultraviolet. Karena itulah ganggang tadi sanggup bertahan sepanjang tahun.

Sayangnya, warna merah pada ganggang Antarktika ini punya konsekuensi lain yang cukup membahayakan Bumi.

"Merekahnya ganggang itu berkontribusi terhadap perubahan iklim," papar National Antarctic Scientific Centre Ukraine, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (2/3/2020).

Sebelum sampai pada temuan ini, studi 2016 mengungkapkan jika perkembangan ganggang sanggup menurunkan jumlah cahaya yang direfleksikan oleh salju di kutub.

Setahun berselang, studi terpisah menyebut bahwa ganggang ini berkontribusi terhadap mencairnya satu per enam massa salju di Alaska.

Penampakan fenomena es merah darah di gigir sebuah tebing di Antarktika [Andrey Zotov/National Antarctic Scientific Centre of Ukraine/Ministry of Education and Science of Ukraine].

Ringkasnya, area yang ditempati ganggang merah mengalami pelelehan es lebih cepat. Di sisi lain, suhu musim panas di Antarktika menjadi kian meningkat. Akibatnya, kondisi ini membuat ganggang semakin subur dan mempercepat proses pencairan es.

"Peristiwa semacam ini sekarang terjadi lebih sering," tutup ahli salju, Mauri Pelto dari Nichols College.

Seperti yang diketahui, mencairnya es bukanlah berita bagus karena berpotensi menambah kenaikan air laut. Antarktika sendiri baru saja dilanda gelombang panas selama 9 hari pada bulan Februari lalu, dengan suhu mencapai 18,3 derajat Celcius.

Itulah fakta menyeramkan dari salju darah Antarktika yang diungkap ilmuwan. (Suara.com/ Tivan Rahmat).

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet