Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Penangkaran komodo di sebuah kebun binatang ternyata membuahkan hasil yang positif. Setelah tiga telur yang menetas pada bulan September 2019, kini beberapa ekor bayi komodo juga berhasil lahir tanpa pembuahan dari pejantan.
Sebagai referensi, IUCN Red List memasukkan komodo ke dalam kategori hewan yang Rentan (Vulnerable) terhadap kepunahan.
Kelahiran bayi komodo di luar habitat aslinya membuat keberadaan komodo semakin terjaga.
Chattanooga Zoo, sebuah kebun binatang di Tennessee, Amerika Serikat menjadi saksi kelahiran bayi komodo.
Baca Juga
Seekor komodo betina bernama Charlie berhasil mengeluarkan telur tanpa pembuahan dari pejantan atau dengan kata lain mengalami partenogenesis.
Itu adalah sebuah bentuk reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.
Partenogenesis terjadi secara alami pada beberapa spesies, termasuk tumbuhan tingkat rendah, invertebrata (contoh kutu air, kutu daun, dan beberapa lebah), dan vertebrata (contoh beberapa reptil, ikan dan kasus langka; burung serta hiu).
Komodo dan beberapa spesies hiu mampu bereproduksi secara partenogenesis.
Dikutip dari IFLScience, Chattanooga Zoo berusaha membiakkan Charlie dengan pejantannya yang bernama Kadal.
Namun tampaknya Charlie kebal terhadap pesona Kadal dan melakukan reproduksinya sendiri.
"Di alam liar, komodo umumnya hidup terisolasi dan sering menjadi kasar ketika didekati, yang memungkinkan hewan-hewan ini berevolusi untuk berkembang biak baik secara seksual maupun partenogesis," tulis akun resmi Chattanooga Zoo.
Komodo betina sering menolak upaya kawin dengan cukup kuat, meskipun kadang-kadang akan membentuk ikatan monogami jangka panjang dengan pejantan yang tepat.
Komodo adalah spesies kadal terbesar sejauh ini, yang bisa tumbuh panjang hingga 3 meter.
Karena jumlahnya semakin berkurang, komodo sering dikembangbiakkan di penangkaran untuk melindungi keberadaan mereka dalam jangka panjang.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Tips Beli Kambing untuk Kurban Online Lewat Ecommerce Biar Nggak Kena Tipu
-
Deretan Penyakit yang Rentan Menyerang Hewan Kurban, Wajib Diwaspadai
-
Banyak Menjangkit Hewan Kurban, Apa Itu Lumpy Skin Disease?
-
Duh Anjing Ini Bisa-bisanya Kecanduan Alkohol, Dokter Hewan pun Sampai Turun Tangan
-
Amerika Serikat Hadapi Invasi Babi Super, Bikin Pemburu Keteteran
-
Seabrek Fakta Sains tentang Capybara: Doyan Makan Tebu, Bisa Kena Rabies dan TBC
-
Dikenal Santuy, Capybara Ternyata Punya Banyak Musuh Alami: Ini Sederet Fakta Uniknya
-
Apa Makanan Buaya? Hewan Purba yang Bisa Telan 3 Kg Daging Per Hari
-
5 Fakta Menarik Buaya, Bisa Makan Tanpa Mengunyah Padahal Giginya Kuat
-
Lihat Hewan Imut Ini Doyan Camilan, Netizen: Ya Ampun, Unyu Banget