Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Virus corona jenis baru, SARS-CoV-2 penyebab pandemi COVID-19 ini masih saja menghantui. Apakah virus corona ini akan mati jika kena panas terik Matahari?
Seorang ahli virus atau virologi Indonesia, drh. Indro Cahyono mengungkapkan bahwa daya tahan virus sangat terpengaruh suhu.
Disebutkan ahli virus ini, semakin panas suhu, maka kemampuan virus untuk bertahan akan semakin kecil.
"Jadi kalau misalnya dia (virus) di suhu 10-15 (derajat) mungkin dia bisa bertahan di lingkungan sampai 3 jam. Di suhu 20-25, dia hanya bertahan selama 3 menit. Sekarang suhu di Indonesia 26-30 derajat, gak sampai 1 menit itu virusnya sudah hilang," jelas Indro saat dihubungi Suara.com.
Baca Juga
-
Ahli Sebut Sejenis Virus Corona Ini Bisa Makin Banyak di Masa Depan, Duh!
-
Peringatan Pakar Penyakit, Pandemi Virus Corona Punya Risiko Berulang
-
Ilmuwan Peraih Nobel Prediksi Virus Corona Segera Berakhir?
-
Budiman Sudjatmiko: Ada Peringatan Ilmuwan Soal Virus Corona Sejak 2007
-
Pakar Prediksi Indonesia Jadi Episentrum Baru Virus Corona, Setelah Wuhan
Dari kesimpulan tersebut, Indro mengatakan bahwa siang hari merupakan waktu paling aman untuk keluar. Meski tentu saja, tetap harus melakukan social distancing atau jaga jarak sosial.
Faktor suhu itu yang kemudian dinilai Indro menjadi salah satu penyebab masifnya penyebaran virus corona di Italia dan Amerika Serikat.
"Di Italia suhu 6 derajat, Amerika 12 derajat. Sementara virusnya di suhu 10 sampai 15 derajat itu bertahan selama 3 jam. Kalau virusnya disuhu 6 derajat ya dia bisa bertahan mungkin 5 bahkan 6 jam. Kalau kita keluar ya pasti kena (terinfeksi)," kata ahli virus tersebut.
Itu juga, lanjutnya, yang membedakan proses penularan di Italia dan Indonesia. Menurut Indro, kondisi di Indonesia masih cukup aman ketika siang hari dengan paparan sinar matahari yang cerah.
Indro sekaligus meluruskan pernyataan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC terkait sinar matahari yang tak mampu membunuh virus corona.
"Kalau CDC bilang sinar matahari tidak membunuh ya benar tidak membunuh, itu di Italia, di AS. Soalnya suhunya segitu," terang Indro.
Itulah kata ahli virus terkait kemampuan hidup virus corona yang rentan pada suhu panas. Meski virus bisa mati kena terik Matahari yang panas, tetap disarankan di rumah saja. (Suara.com/ Lilis Varwati).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Tips Merawat Laptop Berumur Lebih dari Dua Tahun Biar Nggak Overheat
-
Apa Itu Gerak Semu Matahari? Apa Saja Efeknya?
-
Video Syakirah Diburu Netizen, Ini Penyebab Ramai Jadi Sorotan
-
Bagaimana Cara Kerja Panel Surya, Kok Bisa Menghasilkan Listrik dari Sinar Matahari
-
Sangking Teriknya, Pria di Depok Goreng Telur Pakai Panas Matahari
-
Ramai Dipergunjingkan, Ini 4 Fakta tentang El Nino yang Perlu Kamu Tahu
-
Penjelasan Apa Itu Gelombang Panas, Fenomena yang Jadi Perbincangan
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
5 Tempat Terpanas di Bumi, Ada yang Tembus 70 derajat Celcius