Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Wabah Yustinianus atau Justinian disebut-sebut sebagai pandemi terburuk dalam sejarah manusia. Dan diklaim telah memusnahkan setengah dari populasi Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 541â542 M.
Karena itu wabah Yustinianus ini disebut-sebut sebagai pandemi yang terburuk sepanjang sejarah manusia.
Namun, dalam sebuah penelitian baru dalam jurnal PLOS One menunjukkan bahwa tingkat kematian dan keparahan pandemi itu mungkin tidak seburuk yang dipikirkan sebelumnya.
Patogen penyebab wabah ini adalah Yersinia pestis, bakteri yang sama seperti ditemukan pada wabah Black Death pada abad ke-14.
Baca Juga
Wabah Yustinianus itu terjadi di Mesir dan berakar di Kekaisaran Romawi Timur dengan gelombang yang terus terjadi hingga 750 M.
Kasus-kasus penyakit dilaporkan di kota-kota dan desa-desa sejauh Eropa Utara, Timur Tengah, dan Afrika Utara, tetapi daerah yang paling terdampak adalah Kota Konstantinopel di Turki saat ini.
Di ibukota kekaisaran ini, beberapa dokumen tertulis menunjukkan bahwa wabah menewaskan hingga 300.000 orang di kota, lebih dari separuh penduduk saat itu.
Upaya-upaya sebelumnya untuk memahami wabah Justinian sering mengandalkan sumber-sumber utama ini untuk menyatukan sisa teka-teki tentang wabah tersebut.
Tetapi, penelitian terbaru ini menunjukkan keterlibatan Konstantinopel dengan wabah ini mungkin tidak mencerminkan keseluruhan gambaran.
Pemodelan matematika terbaru yang dilakukan Universitas of Maryland menunjukkan dampak pandemi mungkin telah dilebih-lebihkan.
Angka kematian yang tepat masih belum jelas, namun temuan para ahli menunjukkan bahwa jumlah kematian wabah sering didasarkan pada sumber-sumber primer dari Konstantinopel, di mana wabah itu terdokumentasikan dengan baik.
Para ilmuwan berpendapat tidak mungkin wabah ini menyebar separah yang dilaporkan karena rute transmisi akan bervariasi di berbagai kerajaan.
Misalnya, wabah ini lebih cenderung menyebar di kota berpenduduk padat yang terhubung dengan rute perdagangan dibandingkan dengan pemukiman terpencil di Eropa Utara. Sayangnya, jenis lokasi ini juga cenderung tidak memiliki catatan tertulis yang terperinci dan akurat.
Meski begitu, para ilmuwan percaya wabah itu tidak mungkin terjadi separah yang ditunjukkan oleh sumber-sumber tertulis dari Konstantinopel.
"Hasil kami sangat menunjukkan bahwa efek dari wabah Justinian sangat bervariasi antara daerah perkotaan yang berbeda pada zaman kuno," ucap Lee Mordechai, seorang sejarawan lingkungan dan rekan pascadoktoral di Pusat Sintesis Sosial-Lingkungan Universitas Maryland (SESYNC), seperti dikutip laman IFL Science, Jumat (8/5/2020).
Penulis utama penelitian ini, Lauren White, mengatakan bahwa ada sangat sedikit informasi kuantitatif dalam sumber-sumber utama untuk wabah Justinian sehingga para ahli dapat melakukan penelitian lebih lanjut sebagai kesempatan untuk menggabungkan pengetahuan terkini tentang etiologi wabah dengan deksripsi dari teks-teks sejarah.
Itulah wabah Yustinianus atau wabah Justinian yang disebut-sebut sebagai pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia. Namun ternyata kebenarannya diragukan. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Status Pandemi Covid-19 Dicabut, Ini Perbedaan Pandemi dan Endemi
-
Riset Microsoft Terbaru Ungkap Sebab Banyaknya Orang Stres setelah Pandemi, Apa Jamunya?
-
Dukung Mitra UMKM dan Driver, Gojek Keluarkan Rp 1 Triliun Selama Pandemi
-
#BangkitBersama, GoTo Donasikan 1.000 Konsentrator Oksigen bagi Faskes
-
Bersama Halodoc, Telkomsel Hadirkan Sentra Vaksinasi
-
Tips Milenial Berburu Cuan dengan Investasi ala Tokopedia
-
Aman Berpergian, GoPay Kini Jadi Opsi Pembayaran di Aplikasi MyBluebird
-
Tingkatkan Kemampuan Diri Selama Pandemi Lewat Channel Telegram
-
Tengah Kelas Online dan Mati Listrik, Permintaan Cewek Ini Bikin Ngakak
-
Berbagi Cokelat Pakai Mobil Remote Control, Netizen: Keren Cara Ngasihnya