Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Sistem bintang biner merupakan setengah dari sistem bintang di galaksi, yang terdiri dari dua atau lebih bintang yang saling mengorbit. Namun tata surya hanya memiliki satu Matahari. Bintang besar itu tidak memiliki pasangan bintang lain dan hanya diorbiti oleh planet-planet dengan Jupiter yang berukuran paling besar.
Menariknya, jika seluruh massa planet ditambahkan, jumlah massa totalnya tidak akan mencapai setengah dari massa Jupiter!
Dengan dimensinya yang sangat besar, Jupiter bahkan bisa menjadi bintang jika massa Jupiter ditambah hingga 80 kali lebih masif dari massanya saat ini. Hal ini akan membuat tekanan dan suhu pada inti Jupiter cukup tinggi untuk menyalakan fusi nuklir hidrogen sehingga Jupiter akan menyala sebagai bintang.
Namun, Jupiter tidak cukup masif untuk bisa menyala sebagai bintang. Karena material cakram protoplanet yang ada di sekitar Matahari muda tidak berjumlah cukup banyak, hal itu membuat Jupiter berakhir sebagai planet gas raksasa di tata surya.
Baca Juga
-
Bikin Geger, Trailer Season Terakhir Attack on Titan Rilis
-
Langkah Mudah Buka Kunci di ''Folder Aman'' Ponsel Android
-
Trafik Layanan Data Smartfren Melonjak Selama Lebaran 2020
-
Sangat Aktif, Objek Misterius Ditemukan Astronom di Sekitar Orbit Jupiter
-
Rekam Badai Terbesar, Citra Planet Jupiter Terbaru Ini Tampak "Terbakar"
Dilansir dari Universe Today, jika tata surya memiliki lebih banyak bahan di cakram yang mengelilingi Matahari muda, seluruh bongkahan gas akan terjepit dan mulai runtuh, Jupiter pada akhirnya akan terbakar dan menyala sebagai Matahari kedua.
Tetapi jika Jupiter menjadi Matahari kedua, maka Bumi tidak bisa mendukung kehidupan karena planet yang mengorbit dalam sistem biner hampir tidak pernah mendapatkan zona layak huni untuk suhu permukaan ideal menahan air dalam bentuk cair.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)
Terkini
- Penganut Bumi Datar Gabung Angkatan Laut, Ini yang Didapatkannya
- Misi Cassini NASA Bagikan Data Kedalaman Laut Terbesar di Bulan Saturnus
- Ilmuwan Temukan Fosil Nenek Moyang Bintang Laut Berusia 480 Juta Tahun
- LAPAN: Suara Ledakan di Buleleng Diduga karena Asteroid
- BNPB: 197 Bencana Terjadi di Indonesia Hingga 23 Januari, Apa Penyebabnya?
- Ketahui, Inilah Penyebab Angin Puting Beliung
- Gelar Kontes Kurangi Karbon Dioksida, Elon Musk Siapkan Hadiah Rp 1,4 Triliun
- Angin Matahari Ternyata Lebih Banyak Bergerak ke Kutub Utara Bumi
- Hasil Penelitian Baru, Ilmuwan Deskripsikan Lubang Anus Dinosaurus
- Astronot Apollo 11 Buzz Aldrin Dapat Vaksin Covid-19 di Umur 90 Tahun
Berita Terkait
-
NASA Temukan Planet Misterius, Memiliki Tiga Matahari
-
Terpopuler: Pemicu Gempa Matahari dan Hal Kocak di Sinetron Indonesia
-
Menurut Ilmuwan NASA, Ini Rahasia Pemicu Gempa Matahari
-
NASA: Ini Daftar Gerhana Matahari dan Bulan yang Terjadi pada 2021
-
Termasuk Awan UFO, Ini 3 Peristiwa Sains Paling Menghebohkan 2020
-
Matahari Buatan China Sukses Dinyalakan, Jadi Sumber Energi Baru
-
Ahli Fisika Ungkap Warna Sebenarnya Matahari
-
Matahari Buatan China Berhasil Menyala, Sumber Energi Ramah Lingkungan
-
Klaim Ilmuwan, Asteroid Ini Ungkap Pembentukan Tata Surya
-
Pesawat Luar Angkasa NASA Berhasil Menangkap Semburan Listrik di Jupiter