Sabtu, 20 April 2024
Agung Pratnyawan : Senin, 01 Juni 2020 | 06:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diharapkan dapat memutus rantai penyebaran COVID-19, namun siapa sangka membuka masalah baru. Yakni peningkatan jumlah sampah plastik dari belanja online.

Seperti diketahui, selama PSBB masyarakat diharapkan untuk di rumah saja. Dan belanja online jadi salah satu solusi ketika masyarakat tak bisa keluar rumah.

Hal penelitian ini diungkapkan oleh Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI dalam studi berjudul ‘Dampak PSBB dan WFH Terhadap Sampah Plastik di kawasan Jabodetabek’.

Penelitian ini sendiri dilakukan LIPI melalui survei online yang berlangsung pada periode 20 April hingga 5 Mei 2020.

Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas warga Jabodetabek melakukan belanja online, termasuk makanan, yang cenderung meningkat semenjak pemerintah menetapkan kebijakan PSBB.

Jika sebelum PSBB para partisipan survei hanya membeli produk secara online sebanyak 1 hingga 5 kali dalam satu bulan, kini melonjak menjadi 1 hingga 10 kali dalam sebulan.

Akibatnya, penggunaan layanan delivery makanan lewat jasa transportasi online turur meroket. Padahal, 96 persen paket dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambah dengan bubble wrap.

Ilustrasi situs belanja online. (Pixabay)

LIPI juga mencatat, selotip, bungkus plastik, dan bubble wrap merupakan pembungkus berbahan plastik yang paling sering digunakan untuk membungkus produk belanja online.

Gilanya, jumlah sampah plastik dari bungkus paket di Jabodetabek mengungguli jumlah sampah plastik dari kemasan yang dibeli.

Pada saat yang sama, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa 60 persen responden menilai penggunaan bungkus plastik tidak bisa mengurangi risiko paparan COVID-19.

Untuk hasil tersebut, temuan ini sesuai dengan penelitian lainnya yang menyebut bahwa virus COVID-19 dapat bertahan di permukaan plastik selama tiga hari, lebih lama disbanding permukaan lain seperti kardus atau stainless steel.

Data survei LIPI juga mengungkap tingkat kesadaran warga yang tinggi terhadap isu sampah plastik. Tapi ironisnya, kesadaran masyarakat tentang bahaya sampah plastik belum dibarengi dengan aksi nyata.

Ilustrasi situs belanja online. (Pixabay)

"Hanya separuh dari warga yang memilah sampah untuk didaur ulang. Hal ini berpotensi meningkatkan sampah plastik dan menambah beban tempat pembuangan akhir selama PSBB/WFH," tutup Intan Suci Nurhati, peneliti Pusat Penelitian seonografi LIPI.

Itulah penjelasan LIPI pada temuan peningkatan jumlah sampah plastik dari belanja online selama PSBB dilaksanakan. (Suara.com/ Tivan Rahmat).

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Temukan Mikroba di Kutub yang Bisa Urai Plastik