Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Awan debu raksasa dari Gurun Sahara sedang jadi perhatian para ahli. Pasal mulai bergerak menuju barat, bahkan dilaporkan bisa melintasi Samudera Altantik.
Setelah melintasi Samudera Atlantik, tak lama lagi akan menghantam wilayah Amerika Serikat. Diprediksi Awan debu raksasa dari Gurun Sahara ini akan mencapai AS pekan depan.
Satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), menangkap gambar debu yang bertiup barat Afrika pada 7 Juni.
Layanan Cuaca Nasional Houston telah memperkirakan awan debu besar Sahara akan terus bermigrasi melintasi Atlantik minggu ini, mencapai Karibia dan Teluk Meksiko, kemudian akan pindah ke Texas Tenggara pada 23 Juni mendatang.
Baca Juga
Perkiraan dari GEOS-5 NASA juga menyebut awan debu ini bisa mengenai bagian Florida dan Louisanna pada sekitar waktu yang sama.
"Jika debu mencapai daerah itu, kami memprediksi langit akan berubah merah saat Matahari terbit dan terbenam selama beberapa hari dan mungkin juga cuaca yang lebih kering," tulis Layanan Cuaca Nasional Houston dalam sebuah cuitan pada 16 Juni, seperti dikutip IFL Science, Jumat (19/6/2020).
Aliran debu gurun yang sangat besar bergerak di sepanjang Saharan Air Layer atau Lapisan Udara Sahara, sebuah lapisan udara panas dan kering bergerak sekitar 10 hingga 25 meter per detik yang seringkali menutupi udara permukaan Samudra Atlantik yang lebih dingin dan lebih lembab.
Saharan Air Layer biasanya landai pada pertengahan Juni, memuncak selama musim panas, dan memompa ledakan aktivitas di Atlantik Utara setiap tiga hingga lima hari.
Saharan Air Layer juga cenderung menekan aktivitas badai. Tetapi anehnya, debu Sahara pun dapat memicu mekarnya alga beracun di Amerika Utara.
Penelitian NASA pada 2001 menemukan awan debu Sahara dapat menaburkan air yang mengandung zat besi di lepas pantai Florida Barat, yang mengawali mekarnya ganggang beracun.
Selain air berubah menjadi warna merah, mekarnya ganggang beracun juga dapat membunuh sejumlah besar ikan, kerang, mamalia laut, burung, dan menyebabkan masalah kulit dan pernapasan pada manusia.
Itulah laporan terbaru dari Awan debu raksasa dari Gurun Sahara yang diprediksi bisa menyampai wilayah AS dalam waktu dekat ini. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Peringatan Cuaca Ekstrem 2021, Diprediksi Ada Badai dan Angin Topan
-
Hasil Pengukuran NASA, Suhu Bumi Telah Naik Berlipat Ganda
-
Deretan Prediksi Badai Sepanjang 2021, Waspadai Sejak Dini
-
Apakah Gurun Sahara Bisa Kembali Hijau? Ini Jawab Ilmuwan
-
Ditemukan Lubang Biru Misterius di Dasar Lautan Florida
-
Ganggu Pernapasan, Debu Tebal dari Gurun Sahara Tiba di Amerika
-
Terpantau dari Antariksa, Hutan Amazon Tidak Bisa Hidup Tanpa Gurun Sahara
-
Ilmuwan Sebut 2020 Adalah Tahun Terpanas Satu Dekade Terakhir
-
Picu Gelombang Laut Setinggi 23 Meter, Bomb Cyclone Terekam Satelit!
-
Hidup di Laut Dalam, Cumi-Cumi Raksasa Terekam Kamera