Kamis, 28 Maret 2024
Dinar Surya Oktarini : Selasa, 23 Juni 2020 | 14:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Tercatat hingga 38 derajat celcius, lingkaran Arktik kini berada di tengah gelombang panas. Badan meteorolog mengatakan jika catatan suhu tersebut 18 derajat celcius lebih panas dari biasanya selama tahun ini. 

Kota Siberia kecil Verkhoyansk mengalami suhu siang hari yang tinggi, yang menjadi rekor di dalam Lingkaran Arktik. Biasanya, kota tersebut memiliki suhu tertinggi selama musim panas sekitar 20 derajat celcius.

Sebelumnya, para ilmuwan mengatakan bahwa suhu panas ini tidak akan terlihat dalam Lingkaran Arktik hingga 2100. Tapi, lonjakan ini disebabkan oleh kombinasi pola cuaca alami dan perubahan iklim akibat ulah manusia.

"Kemungkinan suhu terpanas yang pernah tercatat di Arktik terjadi hari ini. Apa yang terjadi di Siberia tahun ini sungguh luar biasa. Untuk perspektif, Miami hanya mencapai 100F (38C) sebanyak satu kali," tulis ahli cuaca CBS, Jeff Beradelli melalui akun Twitternya dilansir dari Metro.co.uk, Selasa (23/6/2020).

Siberia Barat rata-rata 10 derajat celcius lebih panas pada Mei ini daripada biasanya. Pada 23 Mei, kota Siberia, Khatanga, mencatat rekor tertinggi 25 derajat celcius. Rekor sebelumnya untuk kota ini hanya 11 derajat celcius. Sementara merkuri di Nizhnyaya Pesha, di ujung utara Rusia, mencapai 30 derajat celcius pada awal Juni.

Lingkaran Arktik terjadi pencairan volume es 50 persen selama empat dekade terakhir. Artinya, lebih banyak permukaan bumi ditutupi oleh lautan daripada es ringan, yang berarti lebih banyak panas diserap.

Periode 12 bulan terakhir cocok dengan rekor terpanas dan mendekati 0,7 derajat celcius lebih hangat dari rata-rata, kata Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) UE.

Global warming di Arktik, Kutub Utara. [Shutterstock]

Menurut Copernicus Atmosphere Monitoring Service, musim panas lalu, Siberia mengalami kebakaran hebat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kondisi lebih hangat dan lebih kering sehingga api bertahan cukup lama.

Pada April lalu, sebuah laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia PBB mengkonfirmasi bahwa lima tahun terakhir telah menjadi rekor terpanas di dunia.

Laporan keadaan iklim periode 2015-2019 menemukan bahwa kenaikan permukaan laut semakin cepat. Es laut Arktik, gletser, dan lapisan es terus menurun, telah terjadi penurunan tiba-tiba di es laut Antartika, dan lebih banyak panas yang terperangkap di lautan, membahayakan kehidupan di sana, sementara gelombang panas dan kebakaran hutan menjadi risiko yang semakin besar.

Temuan ini didasarkan pada analisis yang dihasilkan komputer menggunakan miliaran pengukuran dari satelit, kapal, pesawat dan stasiun cuaca di seluruh dunia, kata C3S.

Penemuan ini merupakan hasil dari analisis komputer menggunakan miliaran pengukuran dari satelit, kapal, pesawat hingga stasiun cuaca di seluruh dunia. (Suara.com/Dythia Novianty)

BACA SELANJUTNYA

Satu Juta Burung Laut Mati, Penyebabnya Sangat Memilukan