Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Sebuah kelainan otak degeneratif yang langka dialami oleh seorang pria berinsial RFS, hal ini menyebabkan ia tak bisa melihat dan mengidentifikasi angka numerik dua hingga sembilan.
Apabila ia diberi gambar angka delapan da diminta untuk mengilustrasikan seperti apa yang dilihatnya, pria tersebut mengambar garis yang berantakan.
Namun, ia mampu mengidentifikasi huruf dan simbol lainnya untuk angka satu dan nol seperti biasa.
Studi kasus telah memberikan para ilmuwan kognitif dari Universitas Johns Hopkins dengan wawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tentang cara kerja otak bagian dalam. Mengejutkannya, temuan para ahli menunjukkan bagaimana manusia mampu memproses informasi kompleks yang belum tentu disadari.
Baca Juga
-
Razer SEA Invitational 2020 Gandeng Samsung dan Sitic Sebagai Partner
-
Layar HP Gadis yang Asyik Pacaran Ini Bikin Salfok, Netizen: Kok Bisa Sih?
-
Terkait Aturan IMEI, Pemerintah Panggil Ecommerce yang Jual HP Ilegal
-
Gunakan Gen Manusia, Ilmuwan Berhasil Memperbesar Otak Monyet
-
Setelah 100 Tahun, Sarang Elang Botak yang Terancam Punah Terlihat Kembali
RFS sebelumnya adalah seorang ahli geologi teknik berusia 60 tahun. Ia pertama kali mulai melihat gejala yang tidak biasa pada akhir 2010 setelah menderita sakit kepala, kehilangan penglihatan, dan kelupaan. Pada Agustus 2011, ia benar-benar tidak dapat mengenali, memberi nama, menyalin, atau memahami angka dua hingga sembilan, terlepas dari bagaimana angka itu dijadikan, misalnya enam, 466, atau A6.
RFS mencatat bahwa setiap kali ia melihat angka-angka, pengaturan acak dari coretan-coretan abstrak baru akan dirasakannya, artinya ia tidak bisa belajar mengidentifikasi angka-angka dari bentuk yang terdistorsi.
"RFS menemukan masalah yang cukup membuat frustrasi. Dia orang yang sangat ulet dan pintar, dan mampu mengambil alternatif dan beradaptasi dengan 'masalah digit' dengan cukup baik. Dia mengalami kesulitan membuat beberapa dokter untuk menganggapnya serius pada awalnya, jadi dia berharap penelitian kami akan menunjukkan kepada orang-orang bahwa bahkan defisit yang sangat luar biasa dapat memiliki penjelasan ilmiah," ucap Teresa Schubert, penulis utama penelitian dari Cognitive Neuropsychology Laboratory di Universitas Harvard, seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (26/6/2020).
Para ilmuwan mempelajari gelombang RFS dengan electroencephalography dan mengungkapkan bahwa ia sedang memproses informasi visual yang tidak disadarinya. RFS diminta untuk melihat nomor dengan wajah manusia yang tertanam di dalamnya.
Meskipun ia tidak dapat mengidentifikasi wajah yang tertanam dalam angka, otaknya mendeteksi adanya wajah. Padahal, aktivitas otaknya tercatat sama seperti ketika ia ditunjukkan wajah yang bisa dia lihat dengan jelas.
Dalam percobaan kedua, RFS ditunjukkan gambar angka yang memiliki kata-kata yang melekat padanya. Dia tidak menyadari kata-kata itu, namun pemindaian otak mengungkapkan bahwa sistem sarafnya mengenali kata-kata itu.
Menurut para ahli, semua ini memiliki beberapa implikasi yang sangat menarik. Sebelumnya diasumsikan bahwa kesadaran visual sangat dicerminkan oleh aktivitas saraf yang kompleks.
Namun, kasus RFS menunjukkan bahwa pada kenyataannya, proses kompleks untuk mendeteksi dan mengidentifikasi wajah, kata-kata, atau rangsangan visual lainnya tidak selalu terkait dengan kesadaran seseorang.
"Setidaknya ada dua langkah yang harus terjadi agar anda sadar melihat sesuatu, yaitu otak anda harus mendeteksinya dan otak anda harus melakukan pemrosesan tambahan untuk membawa benda yang anda deteksi ke dalam kesadaran anda. Untuk RFS, proses kedua itu tidak berfungsi ketika angka hadir," tambah Schubert.
Penelitian mengenai kelainan otak yang langka ini telah dilaporkan dalam Proceedings of the National Academy of Science.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
-
Nggak Nyangka, Ternyata Ini Alasan Kucing Suka sama Kardus
-
Peneliti Ungkap Rahasia untuk Berkomunikasi dengan Kucing, Ini Kuncinya
-
Anda Lebih Sering Digigit Nyamuk daripada Orang Lain? Ini Sebabnya
-
Microsoft Terbitkan Makalah Penelitan tentang AI, Mampu Ungguli Manusia?
-
Microsoft Mulai Tertarik ke Bisnis Energi, Nuklir Jadi Tujuan
-
Penelitian Ungkap Pria Lajang Berniat Gunakan ChatGPT untuk "Menipu" Calon Pasangan
-
Ilmuwan Ungkap Teori Iklim Bumi Baru, Zaman Es Terbantahkan?
-
Penelitian Kaspersky Ungkap Bagaimana Bisnis Gelap Terjadi di Darknet
-
Mendengarkan Musik Memicu Efek Positif Saat Orang Sakit Menjalani Terapi Pengobatan