Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Video lawas NASA hasil pengamatan dari Antariksa mengenai kehidupan di Bumi yang saling berhubungan baru-baru ini membuat siapa saja berdecak kagum. Fakta mengejutkan, rupanya Hutan Amazon tidak bisa hidup tanpa Gurun Sahara.
Berada di dua daerah yang berbeda dengan jarak 3000 mill, siapa sangka jika dua hal penting di Bumi ini punya hubungan yang saling melengkapi satu sama lain.
Di pantau dari Antariksa menggunakan satelit, setiap tahunnya, debu Gurun Sahara terbawa angin dan menyeberangi benua untuk kemudian jatuh ke Hutan Amazon. Penampakan debu Gurun Sahara bahkan begitu nampak dalam citra satelit.
Mengutip Wired.com, debu Gurun Sahara diketahui mengandung zat fosfor yang menjadi unsur penting bagi kesuburan tanaman. Dengan kata lain, bagi Hutan Amazon, debu Gurun Sahara merupakan pupuk alami.
Baca Juga
Dalam video NASA tersebut dijelaskan bahwa ada sekitar 27,7 ton debu Gurun Sahara yang terbang menuju Hutan Amazon. 22 juta dari 27,7 ton debu mengandung fosfor yang sangat bermanfaat.
Menggunakan citra satelit, penelitian mengenai perjalanan debu Gurun Sahara ini dipaparkan menggunakan radar dengan laser bernama lidar. Radar ini bisa mendeteksi gelombang radio frekuensi ultra tinggi untuk melakukan pemindaian objek.
Data lidar lalu dikumpulkan oleh satelit Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observation atau CALIPSO selama 2007 hingga 2013 lalu. Data ini lalu ditampilkan dalam video 3D yang diunggah NASA.
Walaupun debu begitu kecil, namun saat terbang menuju Hutan Amazon, debu Gurun Sahara ini nampak jelas dari citra satelit yang ditampilkan.
Namun, para ilmuwan menjelaskan bahwa jumlah debu dari Gurun Sahara ke Hutan Amazon berbeda dari waktu ke waktu. Banyak hal yang lalu diprediksi menjadi penyebab hal ini terjadi.
Ilmuwan percaya bahwa memantau pergerakan debu Gurun Sahara yang tidak hanya ke Hutan Amazon setiap tahunnya melalui citra satelit adalah hal penting guna mengetahui perubahan iklim di masa mendatang.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Kenapa Bintang Digambarkan dengan Lima Sudut, Padahal Aslinya Bulat
-
12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
-
Sebuah Komet Hijau Mendekati Bumi, Lintasannya Bisa Terlihat?
-
NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?
-
Satelit NASA Akan Jatuh Ke Bumi, Setelah 38 Tahun Beroperasi
-
Peringatan NASA, Ada Indikasi China Ingin Mengklaim Tanah di Bulan
-
Tim Peneliti NASA Berhasil Identifikasi Pola Perubahan Suhu di Jupiter