Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Fenomena embun beku di dataran tinggi Dieng pun mendapatkan perhatian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah.
Menurut BMKG, fenomena yang terjadi pada musim kemarau ini akibat pengaruh angin monsun Australia yang dingin dan kering.
Koordinator BMKG Jawa Tengah Tuban Wiyoso di Magelang, Senin (3/8/2020) menjelaskan di Pulau Jawa saat kemarau ada angin monsun Australia yang sifatnya adalah dingin dan kering.
"Kemudian ketika kemarau kondisi langit cerah maka panas di permukaan bumi itu mudah terbuang karena tidak ada hambatan, maka akan dingin dan kering," katanya usai pembukaan Sekolah Lapang Iklim di Desa Jogoyasan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.
Baca Juga
Ia menuturkan kalau udara kering menaiki pegunungan bertambah tinggi itu laju penurunan suhunya semakin cepat dibandingkan dengan udara basah.
"Jadi di daerah pegunungan asal ada udara yang naik itu dinginnya lebih cepat dibanding udara basah," katanya.
Tuban menyampaikan kombinasi tersebut menyebabkan di kawasan dataran tinggi Dieng saat musim kemarau bisa terjadi embun es atau embun beku.
"Jadi kombinasi antara angin yang bertiup dari Australia yang memang dingin dan kering plus topografinya yang tinggi. Setiap naik sekian meter suhu turun sekian derajat. Perbandingannya kalau udara kering itu turunnya satu derajat, kalau udara basah 0,65 derajat, berarti hampir dua kalinya turunnya suhu," katanya.
Saat memasuki musim kemarau di dataran tinggi Dieng, sering terjadi pembentukan es di permukaan bumi, penampakan kristal es pada tanaman, serta benda-benda lainnya tersebut oleh masyarakat sekitar peristiwa ini dinamakan "embun upas".
Akibat suhu lingkungan yang sangat dingin, titik-titik air (embun) yang telah terbentuk tersebut kemudian berubah menjadi kristal es.
Seiring matahari mulai terbit, embun beku perlahan mencair dan sebagian menjadi uap air lagi.
itulah penjelasan BMKG mengenai fenomena embun beku di dataran tinggi Dieng yang kerap terjadi. (Suara.com/ Liberty Jemadu).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Gempa M 6.4 Guncang Yogyakarta, Langsung Diikuti Beberapa Gempa Susulan
-
Gempa M 6.4 Guncang Yogyakarta, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
-
El Nino 2023 Diprediksi Melanda Indonesia, Ini Dampak dan Tanda-tandanya
-
Kapan Gerhana Bulan Penumbra Terjadi Mei 2023, Terlihat dari Indonesia?
-
BMKG Menyarankan Masyarakat Tampung Air Hujan Jelang Kemarau
-
Penyebab Cuaca Panas di Indonesia Sekarang, Ini Penjelasan BMKG
-
Penjelasan BMKG Soal Penyebab Gempa Mentawai
-
Link Live Streaming Gerhana Matahari Hibrida, Pengamatan Langsung dari Indonesia
-
Gempa M 6,6 Guncang Tuban, Lebih dari 30 Wilayah Terdampak Getarannya
-
Gempa Magnitudo 6,6 Guncang Barat Laut Tuban Jatim, "Gempa" dan "Kerasa" Trending di Twitter