Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - David Armstrong dan tim ilmuwan lainnya di Univeristy of Warwick, Inggris memanfaatkann teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk bantu para astronom berburu planet dari teleskop NASA.
Teleskop tersebut seperti Transiting Exoplanet Survey Satelite (TESS), NASA untuk mencari tanda penurunan kecerahan yang menunjukkan sesuatu melewati bintang.
Terkadang tanda itu bisa menjadi planet, asteroid, debu, atau bahkan hanya kesalahan mendeteksi.
Tim ilmuwan membuat algoritme pembelajaran mesin dan melatihnya menggunakan data di planet yang dikonfirmasi dan positif palsu dari misi kepler NASA. Kemudian tim ahli melepaskannya untuk menganalisis sekelompok kandidat planet yang belum dikonfirmasi, juga data dari kepler. Hasil pertama, sistem AI berhasil mengonfirmasi 50 planet dari kumpulan tersebut.
Baca Juga
-
Terpopuler: Game Buatan Indonesia Dirilis Global dan Nenek Pakai iPhone 11
-
Dichat Pakai Stiker, Percakapan WhatsApp Kurir dan Netizen Ini uwu Banget
-
Nenek Pakai iPhone 11 Pro Bikin Iri, Netizen: Insecure Aku Melihatnya
-
Badai Tropis Laura dan Marco Terekam Satelit NASA, Begini Penampakannya
-
Auto Laris, Penjual Tahu Goreng Cantik di Jogja Ini Bikin Netizen Penasaran
"Algoritma yang kami kembangkan memungkinkan kami membawa 50 kandidat melintasi ambang untuk validasi planet," kata Armstrong, seperti dikutip Cnet, Kamis (27/8/2020).
Memvalidasi planet dapat membantu ilmuwan mengarahkan sumber dayanya ke tempat-tempat menarik di luar angkasa tanpa membuang-buang waktu mengamati planet "palsu".
Kemampuan untuk mengonfirmasi planet menggunakan metode ini adalah satu langkah maju. Ilmuwan telah menggunakan pembelajaran mesin untuk menentukan peringkat kandidat.
"Daripada mengatakan kandidat mana yang lebih mungkin menjadi planet, kami sekarang dapat mengatakan kemungkinan statistik yang tepat. Di mana terdapat kurang dari 1 persen kemungkinan kandidat menjadi positif palsu, itu dianggap sebagai planet yang divalidasi," tambah Armstrong.
Teknik ini menjanjikan untuk memilah-milah sejumlah besar data yang dihasilkan oleh proyek-proyek, seperti misi PLATO yang direncanakan TESS dan Badan Antariksa Eropa (ESA). Misi utama TESS sendiri menemukan 66 eksoplanet baru dan 2.100 kandidat.
Meski begitu, menurut Armstrong, para ahli masih harus melaih algoritme. Namun setelah itu akan jauh lebih mudah untuk menerapkan ke kandidat planet mendatang. (Suara.com/Lintang Siltya Utami)
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
-
Apa yang Bisa Dilakukan AI pada Samsung Galaxy S24 Series
-
Gandeng Lonely Planet, Realme 11 Pro Series 5G Siap Rilis ke Indonesia
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Lenovo Rilis Layanan dengan Teknologi AI, Bantu Transformasi Digital dalam Perusahaan
-
Pakai Teknologi AI, Virtual News Anchor Kini Hadir di Industri Media Digital
-
Microsoft Work Trend Index 2023, Teknologi AI Mengubah Cara Kerja di Indonesia
-
Kenapa Apple Larang Karyawan Pakai ChatGPT di Tempat Kerja? Ini Alasannya
-
Ilmuwan Ungkap Planet Berkabut, Wujud Mirip Neptunus
-
Zoho Integrasikan ChatGPT dengan Zia, Perkuat Kemampuan AI Generatif