Kamis, 28 Maret 2024
Agung Pratnyawan : Selasa, 01 September 2020 | 06:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Ilmuwan sempat dibuat terheran-heran dengan penemuan meteorit berwarna pelangi. Batuan ini ditemukan di Kosta Rika dengan minyimpan banyak misteri.

Penemuan Meteorit ini membuat ilmuwan bertanya-tanya kenapa bebatuan itu bisa berwarna pelangi.

Setahun berselang setelah ditemukan, para ilmuwan akhirnya mengungkap kandungan pada meteorit yang menyebabkan kondisi itu adalah campuran warna yang menyerupai pelangi.

Para ilmuwan berpendapat, meteorit berwarna pelangi itu merupakan sisa-sisa pembentukan tata surya dan mungkin menyimpan bahan penyusun kehidupan, seperti protein dan asam amino.

Sebagaimana melansir laman Daily Mail, Senin (31/8/2020), dua unsur tersebut dipercaya mengandung senyawa organik kompleks karena terbuat dari debu yang sama seperti Bima Sakti ll.

Meteor berwarna pelangi. [Sciencemag.org]

Senyawa serupa ditemukan pada pecahan meteorit terpisah yang meledak di Murchison, Australia pada tahun 1969 silam, yang juga mengandung asam amino.

Ilmuwan yang menyebut meteorit berwarna pelangi itu sebagai Aguas Zarcas, diperkirakan berusia 4.560 juta tahun dan merupakan bagian dari asteroid yang jatuh di langit San Carlos, Kosta Rika.

Seorang perempuan mengklaim bahwa sebuah batu merobek atapnya di belakang rumahnya di Aguas Zarcas dan mengatakan dia menemukan 'batu hangat' di lantai.

Sejak penemuan meteorit seberat 2,4 pon itu, Bagian Petrografi dan Geokimia dari Sekolah Geologi Kosta Rika melakukan penelitian untuk menyelidiki Aguas Zarcas.

Kandungan pada meteor berwarna pelangi. [Sciencemag.org]

Setelah mempelajari batu tersebut selama lebih dari setahun, tim tersebut menemukan hampir 100 asam amino yang berbeda di sisa-sisa asteroid, yang ternyata banyak di antaranya ditemukan dalam organisme di Bumi.

Itulah akhirnya ilmuwan bisa memecahkan misteri Meteorit yang bisa pelangi berwarna pelangi tersebut. (Suara.com/ Tivan Rahmat).

BACA SELANJUTNYA

Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia