Kamis, 28 Maret 2024
Agung Pratnyawan : Rabu, 30 September 2020 | 06:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Tragedi kapal Titanic masih menyimpan misterius yang menarik ilmuwan untuk menelitinya. Termasuk paling baru, disebut-sebut ada fenomena unik di atas kapal tersebut sebelum kejadian.

Yakni fenomena Aurora borealis terlihat di atas RMS Titanic, ketika air membanjiri perut kapal tersebut dan perlahan membuatnya tenggelam.

Menurut perwira kedua di kapal terdekat Carpathia, James Bisset, tidak ada Bulan saat itu, tetapi aurora borealis terlihat berkilauan. Carpathia menanggapi sinyal SOS Titanic pada 14 April 1912, setelah kapal menabrak gunung es.

"Kondisi visibilitas atmosfer yang aneh semakin meningkat saat kami mendekati ladang es dengan sinar kehijauan dari aurora borealis yang berkilauan," tulis Bisset.

Para ilmuwan berpikir bahwa tampilan itu mungkin menunjukkan kekuatan lain yang berperan dalam kehancuran kapal. Aurora muncul ketika partikel bermuatan listrik dari Matahari menyapu Bumi.

Medan magnet Bumi menyalurkan partikel-partikel ini ke kutub dan berinteraksi dengan gas di atmosfer untuk menciptakan aurora.

Mila Zinkova, ilmuwan cuaca independen, berpendapat bahwa aurora pada malam saat Titanic tenggelam bisa jadi berasal dari episode aktivitas Matahari yang intens, badai geomagnetik.

Badai semacam itu dapat mengganggu teknologi magnet dan listrik di Bumi, sehingga Zinkova berpikir mungkin saja badai Matahari telah mengguncang kompas, mengarahkan Titanic menuju kehancuran.

Titanic. (Zestnzen)

Ia menjelaskan teori tersebut dalam makalah yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Royal Meteorological Society.

Namun, pakar lain mengatakan teori itu mustahil, meskipun ada kemungkinan bahwa cuaca luar angkasa telah menghambat upaya untuk menyelamatkan penumpang di kapal.

Lawrence Beesley, seorang penumpang di Titanic, salah mengira aurora sebagai cahaya fajar saat ia menunggu penyelamatan di salah satu sekoci.

"Cahaya lembut meningkat untuk beberapa saat dan redup sedikit, bersinar lagi, dan kemudian tetap diam selama beberapa menit," tulis Beesley dalam catatannya tentang bencana tersebut.

Terlepas dari kecerahan aurora tersebut, data geomagnetik dari malam hari hanya menunjukkan ledakan kecil aktivitas di medan magnet Bumi.

Menurut Mike Hapgood, konsultan cuaca luar angkasa di Rutherford Appleton Laboratory, itu bisa menjelaskan aurora yang dilihat oleh para penumpang dan penyelamat, tetapi itu tidak cukup dihitung sebagai badai.

Terlebih lagi, ledakan kecil terjadi tepat sekitar waktu Titanic menabrak gunung es. Teori Zinkova hanya akan masuk akal jika telah terjadi badai geomagnetik jauh sebelum kapal tersebut tenggelam.

Ilustrasi kemunculan Aurora Borealis. [Shutterstock]

"Intinya adalah bahwa waktu yang salah untuk mempertimbangkan cuaca luar angkasa sebagai penyebab tabrakan dengan gunung es. Peristiwa cuaca luar angkasa terjadi setelah tabrakan," kata Hapgood, seperti dikutip Business Insider, Selasa (29/9/2020).

Meski begitu, salah satu aspek dari teori Zinkova mungkin benar. Aktivitas geomagnetik dapat mengganggu komunikasi radio kapal. Itu bisa menjelaskan mengapa kapal di dekatnya La Provence tidak pernah menerima sinyal SOS Titanic.

Di sisi lain, sebagian besar sejarawan mengaitkan tenggelamnya Titanic dengan Kapten E.J. Keputusan Smith untuk berlayar dengan kecepatan penuh melewati perairan es malam itu.

Faktor lain yang berkontribusi termasuk kurangnya teropong pengamatan dan kegagalan operator radio, menyampaikan peringatan es dari kapal lain kepada kapten.

Itulah fenomena Aurora borealis yang dipercayai ilmuwan muncul sebelum tragedi kapal Titanic terjadi. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

BACA SELANJUTNYA

5 Cara Melihat Gerhana Matahari dengan Aman, Waspada Jangan Lihat Langsung