Sabtu, 20 April 2024
Agung Pratnyawan : Minggu, 22 November 2020 | 12:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Berlian menjadi batu mulia yang banyak diincar orang, bukan hanya karena harganya mahal namun kelangkaannya. Namun ilmuwan berusaha mencari cara bagaimana bisa membuatnya sendiri secara rekayasa.

Yakni Ilmuwan asal Australian National University (ANU) dan RMIT University di Melbourne yang mengklaim berhasil menciptakan berlian rekayasa suhu kamar.

Hebatnya, ilmuwan ini mengaku telah bisa membuat berlian sintesis ini memerlukan waktu selama beberapa menit saja.

Dilansir dari CNN pada Sabtu (21/11/2020), para peneliti menggunakan tekanan setara bobot 640 ekor gajah Afrika yang berdiri di atas ujung sepatu balet. Percobaan ini berhasil menciptakan dua jenis berlian yang berbeda secara struktural.

Salah satunya mirip berlian yang biasa digunakan untuk perhiasan. Sedangkan satunya lagi jenis "Lonsdaleite", yang dapat ditemukan di lokasi tumbukan meteorit dan berguna untuk mengebor material keras di lokasi penambangan.

Ilustrasi Berlian. (Pixabay/analogicus)

"Menciptakan lebih banyak berlian langka yang sangat berguna ini adalah tujuan jangka panjang dari pekerjaan kami," kata Xingshuo Huang, seorang pakar, penyandang pascasarjana dari ANU,  yang bertugas di proyek itu.

"Mampu membuat dua jenis berlian dalam suhu kamar untuk pertama kalinya di lab kami sangatlah seru," tambahnya.

Umumnya, berlian terbentuk melalui proses karbon yang dihancurkan dan dipanaskan jauh di bawah permukaan bumi. Proses ini memakan waktu hingga miliaran tahun. Alasan itulah yang membuat berlian menjadi material berharga.

Sedangkan penciptaan berlian sintesis bukanlah sebuah hal baru. Berlian ini telah dibuat di laboratorium sejak 1940-an. Tujuannya menciptakan berlian yang lebih murah, etis, dan ramah lingkungan.

Itulah klaim ilmuwan Australia yang mengklaim telah sukses membuat rekayasa dalam menciptakan berlian hanya dengan merubah suhu ruangan. (Suara.com/ Dicky Prastya).

BACA SELANJUTNYA

Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia